Melihat Sepenggal Sejarah Indonesia di Rijksmuseum Amsterdam: catatan perjalanan dari Belanda (bagian 3)

0
2813
Lukisan penyerahan Pangeran Diponegoro di Rijksmuseum

Memasuki hari ketiga short course Competency Enhancement for Museum, peserta kegiatan diajak belajar di Rijksmuseum (baca: Reiksmuseum). Museum ini terletak di kota Amsterdam dan buka setiap harinya dari pukul 09.00 – 17.00. Karcis masuk dapat diperoleh melalui pemesanan online, ataupun langsung dibeli di loket museum. Harga karcis masuk Rijksmuseum untuk dewasa 15 Euro.

Ruang pamer di Rijksmuseum yang menyimpan sepenggal Sejarah Indonesia

Memasuki Rijksmuseum, pengunjung diajak untuk mundur secara kronologis. Perjalanan dimulai dari koleksi seni era tahun 1500-an hingga koleksi modern saat ini. Rijksmuseum terdiri dari 4 lantai. Butuh waktu minimal sehari, jika ingin melihat seluruh koleksi museum yang jumlahnya sangat banyak.

Nightwatch,koleksi masterpiece Rijksmuseum karya Rembrandt
Peserta short course mendapatkan penjelasan materi dari Annemies B, Kepala Bagian Edukasi Publik Rijksmuseum

Bagi orang Indonesia, koleksi yang paling menarik perhatian adalah benda-benda yang menunjukkan adanya keterkaitan masa lampau antara Belanda dan Indonesia. Tak hanya satu atau dua koleksi, namun cukup banyak benda bersejarah Indonesia-Belanda yang terdapat di Rijksmuseum.

Peserta short course sedang mendapatkan pengarahan dari Edukator Rijksmuseum
Ragam koleksi tombak di Rijksmuseum

Di salah satu ruang pamer museum, ada sebuah miniatur pasar tradisional, lengkap dengan alat musik gamelan dan para pemainnya. Di sisi lain ruangan, ada lukisan Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Jenderal De Kock (bahasa Belanda: De onderwerping van Diepo Negoro aan luitenant-generaal baron De Kock). Koleksi lukisan ini merupakan adalah sebuah lukisan cat minyak di atas kanvas yang digambar oleh Nicolaas Pieneman antara 1830 dan 1835. Lukisan itu menggambarkan ditangkapnya Pangeran Diponegoro yang menandai berakhirnya Java Oorloog atau Perang Jawa (1825–1830) dari perspektif kolonial Belanda sebagai pihak yang menang.
Di ruang koleksi lukisan, pengunjung dapat melihat berbagai mahakarya oleh pelukis-pelukis dunia, seperti Van Gogh, Monet, Vermeer, dan Rembrandt. Salah satu lukisan yang menarik perhatian banyak pengunjung adalah lukisan berjudul Nightwatch karya Rembrandt.
Di Rijksmuseum, peserta short course belajar tentang bagaimana menghubungkan museum dengan publik (how to connect with audiences). Penjelasan tentang materi ini disampaikan oleh Annemies Broekgarden, Kepala bagian edukasi publik Rijksmuseum. Menurutnya, edukasi merupakan tugas utama (core task) dari museum sehingga cara-cara menghubungkan koleksi museum dengan layanan edukasi perlu dirumuskan dengan detail. Rijksmuseum memiliki target pengunjung pada tahun 2019 sebanyak 2,6 juta pengunjung, dengan segmentasi pengunjung terbagi menjadi pengunjung pecinta sejarah dan budaya, pecinta karya seni, sekolah (guru dan murid), umum atau keluarga, pengunjung profesional, dan pengunjung potensial.
Pentingnya edukasi sebagai tugas utama museum didukung nilai-nilai layanan yang harus dijalankan para pegawai museum di sana. Nilai-nilai itu meliputi: Authenticity (kebenaran), quality (kualitas), personal (kedekatan), innovative (inovatif), dan simplicity (kemudahan).
Strategi edukasi untuk publik dan nilai-nilai layanan ini dapat menjadi bahan atau masukan bagi peserta competency enhancement for museum untuk dapat menjadikan edukasi kepada publik sebagai tugas utama, tanpa meninggalkan nilai-nilai layanan yang sudah dianut maupun ciri khas dari masing-masing museum.(Mujib)