Suatu saat dulu, sekitar 400.000 tahun lalu ketika Pulau Muria masih dikelilingi laut, melintas lah seekor gajah purba jenis Elephas namadicus, berjalan di atas endapan pasir kerikilan anggota litologi Formasi Slumprit. Gajah yang saat itu melenggang santai di sebuah lereng hutan terbuka di sisi barat Gunung Slumprit, seketika terhenti langkahnya untuk selamanya karena letusan Gunung Muria yang sangat kuat. Letusan itu telah membawa endapan tufa (abu volkanik) yang tebal, yang kelak di kemudian hari, menjadi bagian dari Formasi Nongko. Gajah jenis Elephas sp. itu pun berada di antara hujan material volkanik, lebih banyak tufa dibanding pasir krikilan, dan tidak lagi mampu bertahan terhadap kekuatan alam tersebut. Gampang diduga, akhirnya dia mati tergeletak di atas lapisan pasir krikilan anggota Formasi Slumprit. Abu volkanik yang diterbangkan oleh letusan dahsyat Gunung Muria itu pun sedikit demi sedikit menutup sang gajah, hingga akhirnya terkubur secara total. Itulah bagian dari Formasi Nongko, lapisan tufa pasir krikilan yang menimbun gajah malang itu.
Selengkapnya silahkan klik disini