Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma mengadakan kegiatan kunjungan lapangan. Kunjungan ini merupakan rangkaian dari Kuliah Lapangan Antropobiologi guna meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa. Antonius Tri Priantoro selaku dosen pengampu mata kuliah Antropobiologi mengungkapkan bahwa “Kunjungan ini bertujuan untuk memenuhi kegiatan perkuliahan mata kuliah Antropobiologi dan untuk menambah wawasan mahasiswa dengan memanfaatkan layanan edukasi”.
Kunjungan ini dilakukan pada hari Jumat, 7 Juni 2024 dengan 34 mahasiswa dosen pendamping. Rombongan mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma berkunjung ke Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Museum ini merupakan pusat kunjungan yang memberikan informasi umum tentang Situs Sangiran. Informasi tentang Situs Sangiran dibagi dalam 3 ruang pamer di museum ini.
Layanan edukasi yang diberikan berupa penjelasan tentang kisah hidup manusia purba berjenis Homo erectus yang berhasil menciptakan budaya berupa alat bantu dalam hidup mereka. Hidup ditengah fauna purba yang menjadi hewan buruan mereka yang diburu dengan menggunakan budaya yang berhasil mereka ciptakan. Kisah itu terekam dalam lapisan-lapisan tanah yang ada di Situs Sangiran yang hingga kini masih terus diteliti guna kemajuan pengetahuan. Melalui film, buku dan koleksi yang dipamerkan di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Rombongan memperoleh pengetahuan melalui film yang berjudul “Sangiran untuk Dunia”.
Film yang berjudul “Sangiran untuk Dunia” mengisahkan tentang Situs dan Museum Sangiran. Situs Sangiran diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh Unesco karena mampu memberikan sumbangsih akan penjelasan terkait misteri kehidupan manusia purba sejak 1,5 juta tahun yang lalu. Keistimewaan Situs Sangiran sehingga diakui dunia, manusia purba jenis Homo erectus dan berhasil menciptakan budaya, lapisan-lapisan dan hewan-hewan purba.
Kisah Sangiran sejak 2,4 juta tahun yang lalu saat masih menjadi laut kemudian air laut surut. Surutnya air laut ini membuat jalan darat yang menghubungkan antara kepulauan nusantara dengan benua asia. Jalan darat ini menjadi jalan yang ditempuh manusia purba berjenis Homo erectus menuju Sangiran. Perjalanan ini salah satunya menuju Sangiran yang kala itu sudah berubah menjadi daerah rawa yang juga hidup berbagai hewan purba.
Perubahan demi perubahan terjadi di Sangiran, dari rawa berubah menjadi hutan hujan lebat yang subur membuat Homo erectus berjaya. Hidup dengan limpahan hewan buruan ditengah hutan yang subur dengan limpahan air. Kejayaan Homo erectus itu kemudian harus berakhir akibat perubahan iklim yang drastik dan juga letusan gunung api purba.
“Oleh-oleh” berupa buku menjadi sebuah tambahan informasi bagi rombongan guna meningkatkan pengetahuan dan wawasan. “Terima kasih atas bukunya, dapat menjadi referensi mahasiswa dalam mengerjakan tugasnya” seru Intan Putri Hapsari sebagai perwakilan rombongan yang menerima buku.(Wiwit Hermanto)