Lahirnya Lembaga Penelitian Kepurbakalaan

0
507

Pasca-tragedi, dalam situasi yang sulit untuk mendapatkan izin dan pendanaan penelitian kepurbakalaan, muncul gagasan untuk mendirikan lembaga khusus yang memayungi kegiatan penelitian. Cita-cita ini terwujud tahun 1975, dengan didirikannya Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (PusP3N, kemudian menjadi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional/Puslit Arkenas).

Di bawah naungan lembaga ini, kegiatan penelitian lingkungan purba Sangiran dapat dilakukan lebih intensif. Sejumlah penelitian kerjasama antar lembaga, semisal dengan Laboratorium Antropologi Ragawi U.G.M. dan Pusat Penelitian dan Perkembangan Geologi, turut menuai hasil. Tahun 1979, penelitian kerjasama antar lembaga di Situs Ngebung menghasilkan temuan fosil atap tengkorak hominid yang dinamai Sangiran 31 (S31).

Sejak itu, bumi Sangiran seolah tak henti mengantarkan fosil temuan, baik hominid maupun fauna vertebrata, ke meja para peneliti Hingga tahun 80-an, puluhan fosil hominid berhasil diangkat dari lapisan bumi Sangiran oleh sejumlah ilmuwan dari berbagai lembaga dalam dan luar negeri. Kekayaan ini mengantar Sangiran menjadi salah satu situs penuai hominid yang dipandang penting oleh dunia.

Sumber: Museum Manusia Purba Klaster Ngebung