Kunjungan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ke Sangiran

0
800

Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan guna mendapat pengetahuan tentang pariwisata yang ada di Sangiran. Kunjungan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 6 November 2018 sejumlah 85 mahasiswa dan dosen pendamping.

“Mohon pemanduan bagi mahasiswa kami, mereka ingin belajar langsung ke Sangiran guna menambah wawasan lapangan”, tutur salah seorang dosen pendamping.

Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama bagi mahasiswa STP Bandung ini ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Berkeliling di 3 ruang pamer membuat mereka bersemangat untuk meraih berbagai informasi yang disajikan melalui museum. Berbagai pertanyaan terlontarkan saat pemandu memberikan penjelasan bagi mereka.

“Berapa luas museum?”

“Apa saja koleksinya?”

“Apakah ada Pokdarwis disini?”

“Siapa saja yang berperan dalam membangun museum ini?”

“Bagaimana peran masyarakat sekitar?”

“Apa hewan yang banyak ditemukan?”

Dan berbagai pertanyaan yang mereka layangkan saat menyaksikan koleksi yang dipamerkan. Tak jarang diskusi dengan pemandu juga terjadi serta berbagai informasi yang dipertanyakan. Dengan singkat, padat, dan jelas jawaban yang diberikan dapat memuaskan mereka.

Setiap ruang pamer, rombongan yang dibagi beberapa kelompok melayangkan berbagai pertanyaan tentang koleksi yang dipamerkan. Ruang pamer 1 yang menyajikan “Kekayaan Sangiran” menyuguhkan tentang berbagai bukti kehidupan masa lalu manusia purba yang dikelilingi berbagai hewan. Kehidupan Situs Sangiran saat menjadi laut juga membuat rombongan penasaran, “Kok ada kura-kura, dan hewan laut lainnya disini?”, tanya seorag rombongan.

Kehidupan masa lalu di Sangiran sekitar 2,4 juta tahun yang lalu, saat itu masih ebrupa laut sehingga ditemukan bukti jejak hewan laut. Setelah menjadi laut, Sangiran berubah menjadi rawa, hutan lebat yang subur, kemudian berubah menjadi stepa dan sabana yang kering kerontang karena perubahan cuaca yang ekstrim.

Ruang pamer 2 menjadi makin menarik bagi rombongan untuk mendalami kehidupan masa lalu di Sangiran. Saat disampaikan bahwa ada koleksi yang boleh disentuh oleh pengunjung, beberapa seolah tidak percaya, “Kok boleh disentuh, apakah tidak takut rusak, apa maksudnya boleh disentuh pengunjung?”.

Itulah koleksi yang boleh dipegang, fosil gajah purba berusia 700 ribu tahun yang lalu yang mengajak pengunjung kembali pada kehidupan mereka kala itu. Terdapat rahang, gading, dan paha gajah purbayang mengajak pengunjung kembali ke masa lalu.

Ruang pamer 3 menyajikan kisah hidup Homo erectus 500 ribu tahun yang lalu sebagai penutup ruang pamer di museum ini. Kehidupan Homo erectus mengajak pengunjung membayangkan hidup mereka dengan sajian patung Homo erectus dan Homo floresiensis, serta diorama kehidupan Homo erectus disertai dengan sentuhan pencahayaan lampu yang menonjolkan koleksi. (Wiwit Hermanto)