Jawa, dan artefak batu dalam lapisan-lapisan tanahnya, telah mempertemukan Hallam L. Movius dengan G.H.R von Koenigswald. Temuan Industri Serpih Sangiran dan alat-alat batu Pacitan membuat keduanya terlibat dalam perdebatan ilmiah seputar usia kepurbaan tinggalan-tinggalan tersebut—dan, lebih jauh, tentang siapa pembuatnya.
Tahun 1937, bersama Helmut de Terra dan Teilhard de Chardin, Movius bergabung dalam Joint American Southeast Asiatic Expedition of Early Man, sebuah upaya penelusuran kebudayaan manusia purba di Lembah Irrawaddy, Birma. Di akhir ekspedisi, Maret 1938, mereka memutuskan untuk singgah di Jawa. Melimpahnya artefak batu temuan von Koenigswald sejak tahun 1934 telah mencuri perhatian Movius dan timnya. Terlebih, alat-alat batu Jawa kiranya dapat menjadi bahan perbandingan bagi temuan-temuan dari Birma.
Di Jawa, bersama von Koenigswald, Movius dan kedua rekannya menyusuri situs-situs temuan manusia purba: Sangiran, Pacitan, dan Mojokerto, selain singgah di markas penelitian Koenigswald di Bandung. Serpih-bilah Sangiran dan alat-alat penetak Pacitan menjadi objek utama yang dicermati Movius. Seperti telah dilakukan Koenigswald, Movius juga membuat pengelompokan alat serpih-bilah, tetapi dengan kategorisasi yang lebih detail. Ia mengelompokkan temuan Sangiran ke dalam empat golongan besar, yakni alat serpih, bilah, serut, dan burin. Selain itu, sudut ketajaman, rasio pemakaian, hingga proses pembuatannya turut diperhatikan oleh Movius.
Perjalanan itu, bagaimanapun, membuat Movius dan dua rekannya sampai pada kesimpulan yang berbeda dengan Koenigswald. Menurut mereka, Industri Serpih Sangiran (Sangiran Flakes Industry) mestilah berasal dari lapisan Notopuro, alih-alih lapisan Kabuh seperti dinyatakan oleh Koenigswald, dan dengan demikian berusia lebih muda dari dugaan semula. Di kemudian hari, ekspedisi gabungan di Asia Tenggara ini mengantar Movius pada kesimpulannya mengenai perbedaan kompleksitas alat batu di sebelah barat dan timur benua Eurasia. Menurut Movius, budaya alat batu yang dihasilkan oleh manusia purba di bagian timur Eurasia memiliki perbedaan mendasar dengan yang dihasilkan teman-temannya di bagian barat Eurasia. Teori pemisahan dan garis pemisah imajiner itu, kelak, banyak dikenal sebagai Movius Line.
Hallam Leonard Movius Jr. lahir di Newton, Massachusetts, Amerika Serikat. Ketertarikannya pada kehidupan manusia purba telah tampak sejak ia menempuh pendidikan di Universitas Harvard; Movius adalah mahasiswa cemerlang untuk topik Paleolitik Atas Eropa. Karirnya dimulai dengan keterlibatan dalam ekspedisi arkeologis di Eropa Tengah, yang disponsori oleh Harvard dan Universitas Pennsylvania, tahun 1930—sesaat setelah lulus. Sejak itu, sejumlah kerja lapangan dan penggalian seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup Movius.
Di sela aktivitas lapangan, ia menyelesaikan pendidikan pascasarjana dan doktoralnya di Jurusan Antropologi Universitas Harvard. Pada 1936, sembari menyusun disertasi, Movius menikahi Nancy Champion de Crespigni, mahasiswa dari Adelaide yang menjadi salah satu asisten lapangan dalam proyek penggalian di Irlandia—di mana Movius terlibat selama tahun 1932 – 1936. Selepas meraih gelar Doktor, ia menjadi arkeolog dan Asisten Direktur pada American South East Asiatic Expedition of Early Man (atau disebut pula Ekspedisi Harvard-Carnegie), yang membawanya pada perjumpaan dengan G.H.R. von Koenigswald di Jawa.
Tahun 1942, kegiatan ilmiahnya terhenti karena Movius bergabung dalam kemiliteran dan memperkuat Angkatan Udara Amerika Serikat di Perang Dunia II, hingga tahun 1946. Setelahnya, ia menjadi pengajar di Jurusan Antropologi Harvard, selain meneruskan sejumlah penelitian lapangan. Sebagai salah satu arkeolog ahli di bidang alat batu tua yang dimiliki Amerika Serikat, ia dianugerahi Medali Viking Fund untuk arkeologi di tahun 1949, dan diberi gelar Chevalier des Arts et Lettres oleh Republik Perancis. Anggota Akademi Seni dan Ilmu Pengetahuan Amerika (American Academy of Arts and Sciences) ini wafat di Cambridge, setelah 57 tahun berkarya di ranah penelitian manusia purba. –ISB-
(Ruang Display II, Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung)