KOLEGA VON KOENIGSWALD Franz Weidenreich (7 Juni 1873-11 Juli 1948)

0
5143

Tahun 1937, Weidenreich melakukan perjalanan ke Jawa dan bergabung dengan von Koenigswald untuk memeriksa sebuah situs yang direlasikan dengan Pithecanthropus temuan E. Dubois. Itu adalah awal pertemuan mereka.

Kelak, hubungan keduanya melampaui batas-batas ilmiah. Persahabatan mereka terbukti ketika di masa Perang Pasifik, Weidenreich sempat memberi sinyal untuk waspada kepada von Koenigswald. Atas bantuan Weidenreich pula, tahun 1946 keluarga von Koenigswald dapat keluar Indonesia. Weidenreich berhasil memperjuangkan satu posisi di American Museum of Natural History, New York, untuk sahabatnya itu, dengan dukungan dari Viking Fund dan Yayasan Rockefeller.

Pada 1939, von Koenigswald mengunjungi koleganya, Weidenreich, di Beijing. Dia membawa serta fosil dari Jawa bersamanya. Di laboratorium Weidenreich, selama dua bulan, keduanya membandingkan dan membedakan spesimen hominid dari dua wilayah Asia: Sangiran dan Zhoukoudian. Studi perbandingan yang dilakukan oleh dua ilmuwan ini terbukti sangat berpengaruh dalam interpretasi tentang evolusi manusia.

Sejak 1940, Weidenreich lebih dalam lagi melakukan penelitian hubungan antara Sinanthropus dan Pithecanthropus. Sebagai peneliti yang berkonsentrasi pada anatomi fosil, Weidenreich berkesimpulan bahwa Pithecanthropus lebih tua dan lebih primitif daripada Sinanthropus. Dia dan Koenigswald kemudian bersepakat untuk menggabungkan dua spesies ini dalam satu takson, Pithecanthropus erectus.

Saat Perang Dunia II merebak, Weidenreich yang telah mengungsi dari Tiongkok dan kembali ke Amerika Serikat kehilangan kontak dengan von Koenigswald. Namun, berbekal replika temuan fosil dari von Koenigswald, Weidenreich tetap melanjutkan penelitian untuk mendeskripsikan hominid-hominid Jawa. Takson Pithecanthropus robustus–artinya ‘Manusia Kera yang Kekar’, kemudian diperkenalkan oleh Weidenreich pada 1945, untuk mengakomodasi temuan tengkorak Pithecanthropus IV atau Sangiran 4 yang ditemukan oleh von Koenigswald pada tahun 1938-1939. Menurut pandangan Weidenreich, tengkorak Pithecanthropus IV berbeda dengan tengkorak Pithecanthropus I-III yang merupakan takson Pithecanthropus erectus. Takson P. robustus diciptakan untuk menunjukkan bahwa spesies Pithecanthropus IV lebih kuat dan primitif dibandingkan Pithecanthropus erectus.

Franz Weidenreich, pria dengan hobi botani dan mendaki gunung—Alpen adalah salah satu gunung favoritnya, lahir di Edenkoben, Palatinate, Jerman pada 7 Juni 1873. Sebelumnya, Weidenreich mengenyam pendidikan di empat universitas terkemuka di Jerman, yakni Munich, Kiel, Berlin, dan Strassburg. Bidang ilmu kedokteran paling menarik minatnya, hingga dia memperoleh gelar Medicine Degree (MD) dengan disertasi tentang fungsi syaraf pusat pada otak kecil mamalia.

Dari 1899-1901, dia menjabat sebagai asisten pertama hingga menjadi dosen khusus di Departemen Anatomi Universitas Strassburg. Di usia 31 tahun, Weidenreich dipromosikan sebagai profesor anatomi di Universitas Strassburg. Tahun itu juga, dia menikah dengan Mathilde Neuberger. Karenanya, Weidenreich dikaruniai bukan hanya tiga putri, tetapi juga kekuatan untuk menghargai ingatan sejarah.

Pada 1914, dia telah menerbitkan 55 makalah yang sebagian besar tentang hematologi–mempelajari darah dan organ pembentuknya. Pasca-Perang Dunia I yang menghentikan aktivitas ilmiahnya, di tahun 1921, Weidenreich diangkat sebagai profesor anatomi di Universitas Heidelberg. Sepanjang tahun 1921-1926, dia menulis kertas kerja yang berkaitan dengan karakter mikroskopis dan makroskopis tulang dan jaringan. Di sini, dia meletakkan basis mengenai rekaman pada tengkorak dan kerangka fosil. Publikasi pertamanya berkaitan dengan fosil tengkorak manusia terbit tahun 1926.

Dua tahun kemudian, Weidenreich menjabat sebagai Profesor Antropologi di Universitas Frankfurt-am-Main, hingga 1935. Selama itu, dia mempublikasikan berbagai makalah, termasuk sebuah artikel 129 halaman yang mengulas jaringan tulang.

Perjalanan penelitiannya ke Tiongkok justru berawal dari Amerika. Pada 1934, dia menjadi profesor tamu bidang anatomi di Universitas Chicago. Ketika Nazi berkuasa di Jerman, dia tak pernah bisa kembali ke tanah kelahirannya. Yayasan Rockeffeller kemudian mengangkatnya sebagai profesor tamu pada the Peking Union Medical College, untuk menggantikan Davidson Black. Selama di Tiongkok, Weidenreich meneruskan penelitian Manusia Peking di Zhoukoudian dan sempat bekerja sama dengan Pierre Teilhard de Chardin. Di antara temuannya adalah Skull X.

Ia adalah pria yang melewati dua peperangan: Perang Dunia I yang membuatnya tak bisa kembali ke Jerman di bawah kekuasaan Nazi, dan Perang Dunia II yang melepaskan intensitas penelitiannya di Tiongkok di bawah pendudukan Jepang. Pada 11 Juli 1948, dua tahun setelah von Koenigswald menyusulnya ke Amerika Serikat, Weidenreich jatuh sakit. Tak berselang lama, ia meninggal. Von Koenigswald sangat terpukul atas kematiannya. –ISB-

(Ruang Display II, Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung)