Kemendikbudristek: Kebudayaan Menjadi Sumber Inspirasi untuk Kehidupan Berkelanjutan

0
235

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) siap menyelenggarakan pertemuan para Menteri bidang kebudayaan (Culture’s Minister Meeting) sebagai bagian dari rangkaian Presidensi Indonesia dalam G20. Pertemuan para Menteri bidang kebudayaan tersebut akan diselenggarakan di Kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 12 – 13 September 2022.

Berbeda dengan penyelenggaraan Presidensi G20 pada umumnya, di mana para Menteri di sektor ekonomi yang melakukan persidangan intens. Namun, pada tahun ini terjadi hal yang berbeda, para Menteri di bidang kebudayaan duduk bersama membahas pemulihan dan penguatan kebudayaan untuk kehidupan berkelanjutan.

“Dunia menyadari untuk menyelesaikan permasalahan dunia tidak hanya berbasis ilmu dan teknologi, tetapi terasa kurang lengkap tanpa menghadirkan sisi kebudayaan,” disampaikan Koordinator G20 Bidang Kebudayaan, Ananto Kusuma Seta dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar, Kamis (8/9).

Sebagai negara adidaya dalam kebudayaan, kata Ananto, Indonesia hendak menawarkan sesuatu yang baru kepada dunia. “Berbagai negara anggota G20 telah menunjukkan komitmennya untuk hadir secara fisik di Borobudur untuk diskusi bersama mengenai pengembangan kebudayaan berkelanjutan,” ungkapnya.

“G20 bukan hanya para Menteri duduk di ruang sidang, namun ditampilkan pula pertunjukan kebudayaan sebagai perwujudan misi kebudayaan Indonesia kepada dunia,” imbuh Ananto.

Dalam hal pemulihan kebudayaan di masa mendatang, Kemendikbudristek menawarkan langkah konkret dalam G20 bidang kebudayaan, yakni inisiasi Indonesia yaitu Dana Global Pemulihan Seni dan Budaya (Global Art and Culture Recovery Fund) yang akan didiskusikan di dalam pertemuan tingkat menteri tersebut.

“Selain itu, Indonesia mendorong adanya persepsi bersama yaitu urusan kebudayaan menjadi urusan bersama, bukan hanya urusan individu, sehingga pendekatan kebudayaan bersifat multi disiplin ilmu,” jelas Ananto seraya memohon doa restu dari masyarakat Indonesia agar pelaksanaan pertemuan G20 bidang kebudayaan yang akan berlangsung di Candi Borobudur tersebut berlangsung sukses.

Ruwatan Bumi dan Festival Indonesia Bertutur

Senada dengan itu, Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Ahmad Mahendra menjelaskan bahwa saat ini diperlukan kearifan lokal berbasis budaya untuk hidup bersanding dengan alam. “Kebudayaan muncul karena adanya adaptasi manusia dengan alam. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak kearifan lokal menawarkan berbagai ragam upaya mempromosikan kebudayaan untuk kehidupan berkelanjutan,” jelasnya.

Di dalam pertemuan G20 bidang kebudayaan juga akan dilangsungkan ritual Ruwatan Bumi, ritual yang menyiratkan pesan kepada umat manusia untuk menjaga bumi, tempat bernaungnya berbagai makhluk hidup. “Ruwatan Bumi menjadi bagian penting karena tidak hanya melibatkan masyarakat adat di sekitar Borobudur namun juga masyarakat adat di seluruh Indonesia. Di dalam Ruwatan Bumi tersebut akan dipanjatkan doa-doa dari Indonesia untuk dunia,” kata Mahendra.

Sebagai upaya mempromosikan kebudayaan untuk kehidupan berkelanjutan, Kemendikbudristek selalu berupaya menjaga kebudayaan bukan hanya secara fisik, namun dalam hal menjaga kebudayaan dari sisi nilai (value) juga menjadi penting. “Hal tersebut yang mendorong Kemendikbudristek menggelar Festival Indonesia Bertutur 2022 yang bertepatan dengan pertemuan menteri kebudayaan G20, tidak sekedar pertunjukan tetapi ada makna dan pesan yang relevan dengan masa kini dan masa depan,” ungkap Mahendra.

Melalui tema yang diangkat di Festival Indonesia Bertutur, yakni Mengalami Masa Lalu, Menumbuhkan Masa Depan, Kemendikbudristek berharap masyarakat dapat memaknai kembali dan memahami hubungan antara peristiwa yang terjadi di masa lalu dalam konteks masa sekarang dan masa mendatang. “Karya-karya tersebut akan memberikan pengalaman hasil narasi dan inspirasi dari cagar budaya yang disesuaikan dengan konteks saat ini,” tutur Ahmad Mahendra.

Festival Indonesia Bertutur 2022 akan menarasikan 20 Cagar Budaya/Situs dari masa prasejarah Majapahit, di mana cagar budaya tersebut dapat ditarik sebagai bahan pembelajaran bagi masyarakat. Cagar budaya tersebut yaitu Sangiran, Liang Bua, Leang-Leang, Gugus Misool (Raja Ampat), Sangkulirang, Lore Lindu, Kutai, Tarumanegara, Kompleks Dieng, Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Prambanan, Candi Gunung Kawi, Muara Takus, Muaro Jambi, Candi Jago, Candi Singosari, Trowulan, dan Candi Bahal.

“Hasil narasi tersebut akan diwujudkan dalam bentuk aktraktif seperti Selametan, Festival Cahaya, video pemetaan (mapping) seni pertunjukan dan instalasi, pertunjukan seni kontemporer serta Festival Film Tari. Harapannya, masyarakat yang akan menikmati Festival Indonesia Bertutur akan mendapatkan edukasi, inspirasi dan pengalaman,” ucap Ahmad Mahendra.

Berbagai praktik kebudayaan di Indonesia telah ditayangkan di platform Indonesiana TV. Koordinator Umum Indonesiana TV, Heni Wiradimaja mengungkapkan bahwa khusus untuk acara G20 bidang kebudayaan, selain menayangkan secara langsung keseluruhan Festival Indonesia Bertutur 2022, turut pula ditayangkan Konser band Senyawa, Ruwatan Bumi dan Orkestra.

“Sebagai informasi Ruwatan Bumi dan Orkestra merupakan pertunjukan terbatas, hal ini untuk menjaga kekhusyukan acara, namun masyarakat dapat menyaksikannya secara eksklusif di Indonesiana TV,” terang Heni.

Tak lupa, Heni mendorong masyarakat untuk memiliki kesadaran atas pentingnya menghargai nilai-nilai dari leluhur. “Dimulai dari diri sendiri untuk menjadi sosok yang sadar tentang nilai yang diturunkan dari para leluhur untuk mencapai kehidupan berkelanjutan di mana nilai tersebut diejawantahkan menjadi pesan besar dari pertemuan G20 bidang kebudayaan ini dan masyarakat dapat menikmatinya melalui tayangan yang disiarkan melalui platform indonesiana.tv,” ujarnya.

Sumber: kemdikbud.go.id