Kemendikbud Berduka Atas Berpulangnya Maestro Campur Sari

0
353

Jakarta, Kemendikbud — Indonesia kembali kehilangan salah satu musisi terbaiknya. Maestro musik campur sari, Dionisius Prasetyo atau lebih dikenal dengan nama Didi Kempot, meninggal dunia, Selasa, 5 Mei 2020 di Solo Jawa Tengah pada pukul 07.30 WIB. Ia meninggal diduga karena serangan jantung. Untuk itu Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) turut berbela sungkawa sedalam-dalamnya atas kepergian penyanyi legendaris ini.

“Inna lillahi Wa Inna ilaihi roji’un, selamat jalan untuk mas Didi, karya-karyamu membanggakan, kami keluarga besar Direktorat Jenderal Kebudayaan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, karyamu akan selalu kami kenang,” ungkap Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan di Jakarta, Selasa (05/05).

Direktorat Jenderal Kebudayaan terakhir kali berhasil mengajak Didi Kempot untuk tampil saat acara Pekan Kebudayaan Nasional 2019, Oktober 2019 silam.  Saat itu Didi Kempot berhasil menggoyang Panggung Siger pada hari ke empat Pekan Kebudayaan Nasional 2019. Lebih  dari 40ribuan Sobat Ambyar, penggemar Didi, memadati Parkir Selatan di sisi Istora Senayan. Di depan panggung itu, mereka memadati arena sambil asyik berjoget. Didi Kempot juga berencana tampil kembali pada Pekan Kebudayaan Nasional 2020 mendatang.

Didi Kempot dikenal sebagai sosok seniman yang sangat peduli kepada lingkungan sekitarnya, terbukti sebelum meninggal dunia dirinya sempat menggelar konser amal rumah dan berhasil mengumpulkan donasi sebanyak Rp 7,6 milyar yang seluruhnya untuk guna membantu masyarakat yang terkena dampak pandemi Covid-19.

Melihat hal ini, Hilmar Farid menilai Didi Kempot sebagai sosok seniman yang berbakat dan punya jiwa sosial tinggi. Hilmar juga mengatakan sikap Didi Kempot yang mengajak gotong royong dan kreativitasnya dalam bermusik merupakan hal baik bagi Indonesia. “Inisiatif gotong royong kemanusiaan almarhum Didi Kempot sangat dihargai, dan sumbangan kreatif almarhum dalam dunia musik Indonesia sangat dihormati oleh semua kalangan,” jelasnya.

Selain itu, Hilmar juga  melihat Didi Kempot sebagai seorang musisi yang berhasil menaikkan nilai tradisi dan melestarikan budaya asli indonesia dgn tetap menggunakan bahasa Jawa dan tradisi-tradisi Jawa, tetapi karena musiknya yang memang menghibur seluruh kalangan maka dirinya tidak hanya disukai oleh kalangan Jawa saja.

“Lihat saja seluruh lagunya kebanyakan berbahasa Jawa, dan Mas Didi kerap tampil menggunakan busana Jawa, tetapi kendati demikian tidak menjadi Jawa sentris karena anak muda tidak hanya yang berasal dari Jawa saja yang mencintai musik dan karyanya,” jelas Hilmar.

Pria kelahiran 31 Desember, 53 tahun silam ini juga dikenal cukup aktif dalam menyemangati publik di masa pandemi virus Covid 19 ini, selain melakukan konser amal, Didi Kempot juga mengajak masyarakat untuk tetap berada di rumah dan juga tidak melakukan perjalanan untuk mudik.

Didi Kempot juga sempat mengampanyekan larangan mudik melalui lagu ciptaannya Ojo Mudik yang sempat dirilisnya beberapa hari lalu. Lagu tersebut merupakan karya serta pesannya kepada para penggemar yang merantau di tengah pandemi.

Lagu tersebut bahkan menggandeng sejumlah pejabat di Solo, seperti Walikota FX Hadi Rudyatmo, Komandan Kodim 0735/Surakarta Letkol (Inf) Wiyata Sempana Aji, dan Kapolresta Surakarta AKBP Andy Rifai.
Jika anda mencintai Didi Kempot mari kita ikuti salah satu pesan terakhir almarhum tersebut untuk tidak mudik dulu agar dapat memutus mata rantai penyebaran covid-19. Selamat jalan maestro.

Sumber: www.kemdikbud.go.id