Kekayaan Situs Sangiran: Interpretasi dalam Format Museum

0
1246

Situs Sangiran telah diakui dunia sebagai salah satu warisan budaya dunia yang banyak berkontribusi penting dalam menyingkap misteri asal muasal manusia atau yang oleh Darwin di sebut sebagai “missing link”. Kontribusi penting tersebut dengan ditemukannya 50% temuan Homo erectus di Sangiran sehingga menjadi panduan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Selain temuan Homo erectus, Situs Sangiran memiliki kekayaan temuan fosil baik fosil binatang maupun tumbuhan, artefak dan stratigrafi tanah. Kesemuannya dapat dimanfaatkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang pengetahuan prasejarah.

Kekayaan yang ada di Situs Sangiran mengundang banyak peneliti dari dalam dan luar negeri untuk meneliti dan mengungkap sejarah demi ilmu pengetahuan. Penelitian di Situs Sangiran diawali peneliti asing sebelum Indonesia merdeka. Peneliti asing yang berjasa pada pengenalan Situs Sangiran pada dunia adalah von Koenigswald. Penelitian yang dilakukannya berhasil mengenalkan Situs Sangiran dengan berbagai potensinya pada dunia.

Pasca kemerdekaan, banyak peneliti dalam negeri yang melanjutkan upaya penelitian yang diawali sejak pra kemerdekaan Indonesia. Para peneliti tersebut seperti Teuku Jacob, Sartono, dan Soejono. Hasil dari penelitian yang dilakukan peneliti asing maupun dalam negeri tersebut merupakan sebuah kerja keras tanpa henti. Hasil penelitian itu disajikan di Museum Sangiran agar dapat dinikmati masyarakat luas.

Sejak diresmikannya museum klaster pada 19 Oktober 2014, para wisatawan dapat berkunjung dengan tujuan rekreasi dan berwisata tidak hanya di Museum Sangiran Klaster Krikilan saja tetapi juga museum lainnya, yaitu Bukuran, Ngebung, Manyarejo serta Dayu. Semua museum ini memiliki tema yang berbeda-beda, memiliki keistimewaannya masing-masing.

Museum Sangiran Klaster Krikilan merupakan pusat informasi manusia purba yang menyajikan berbagai informasi tentang Situs Sangiran. Museum ini dibagi dalam tiga ruang pamer dengan tema berbeda yang ketiganya memanjakan pengunjung dengan kekayaan informasi tentang Situs Sangiran.

Museum Sangiran Klaster Bukuran dengan tema evolusi manusia, membawa para pengunjung menambah pengetahuan tentang evolusi yang awalnya dicetuskan oleh Darwin. Diawali dengan pengunjung merasakan sensasi saat pertama memasuki ruang pamer.

Museum Sangiran Klaster Ngebung bertemakan historis Situs Sangiran, disuguhkan materi penelitian di Desa Ngebung yang berhasil menemukan banyak artefak berupa alat manusia purba yang merupakan budaya manusia purba. Selain itu pengunjung diberikan pengetahuan kala awal penelitian yang dilakukan Koenigwald, masyarakat masih percaya bahwa fosil-fosil yang ada disekitarnya dapat sebagai obat, jimat, benda magis yang semuanya dimitoskan dalam kepercayaan masyarakat.

Museum Sangiran Klaster Dayu mengangkat tema penelitian terkini yang dilakukan peneliti-peneliti muda dengan hasil temuannya. Selain itu pengunjung dapat menyaksikan langsung lapisan-lapisan tanah yang disajikan khusus bagi pengunjung Museum Dayu. Kesemuanya itu didapatkan dari penelitian yang panjang dan tak kenal lelah. Pengunjung dapat dengan mudah menyaksikan kebesaran Situs Sangiran yang ada di Dayu yang menyimpan banyak misteri kehidupan pra sejarah.

Museum Sangiran Klaster Manyarejo merupakan museum lapangan yang menyajikan kondisi penelitian. Di museum ini, pengunjung diberi berbagai informasi tentang proses penelitian melalui materi kotak galian. Selain itu pengunjung dimanjakan dengan berbagai informasi yang disajikan berupa temuan yang ada di Manyarejo, teknologi tradisional yang digunakan manusia hingga yang di hasilkan dari teknologi tersebut.

Museum tersebut buka dari hari Selasa-Minggu mulai dari jam 08.00-16.00 WIB dan dihari Senin tutup guna pembersihan koleksi museum. (Wiwit Hermanto)