Tanggal 14 Juni, tiap tahunnya diperingati sebagai hari purbakala, dimana pada tanggal tersebut, sejarah mencatat kepedulian akan pelestarian Cagar Budaya secara resmi. Tepat 108 tahun yang lalu berdiri sebuah lembaga yang menangani peninggalan purbakala bernama Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch Indie atau Jawatan Purbakala. Jawatan Purbakala ini pertama kali dipimpin oleh N.J. Krom yang merupakan seorang ahli Arkeologi berbangsa Belanda yang lahir di Hertogenbosch, 5 September 1883.
Pada peringatan Hari Purbakala ke-108 ini, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran mengadakan webinar series guna mengingatkan kembali akan kisah masa lalu. Kisah masa lalu, di mana mulai muncul kepedulian akan pelestarian Cagar Budaya, dengan itu kita belajar tentang masa lalu, memanfaatkan pengalaman itu di masa kini dan merajut masa depan yang lebih baik.
Pada kesempatan webinar pertama, 14 Juni 2021, diadakan kegiatan acara bincang-bincang langsung (live talkshow) dengan tema “Dari Purbakala untuk Masyarakat”. Narasumber pada acara ini adalah tiga tokoh yang berperan aktif dalam pelestarian Situs Sangiran di masa lalu. Mereka adalah orang-orang yang ada di barisan terdepan melestarikan Situs Sangiran sejak sebelum BPSMP Sangiran berdiri.
Sejak Situs Sangiran masih merupakan unit dari Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Jawa Tengah yang kemudian berubah menjadi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Kemudian di awal berdirinya BPSMP Sangiran, narasumber ini menjadi andalan dalam upaya pelestarian Situs Sangiran. Ketiga narasumber dalam acara ini adalah Drs. Rusmulia Tjiptadi Hidayat M.Hum., Gunawan S.Pd., dan Pudjijarso.
“Saya memulai karir tahun 1981, saat saya ditugaskan di Sangiran, hanya ada saya bersama beberapa rekan lainnya”, Rusmulia menceritakan.
Sangiran pada kala itu masih berupa bukit yang belum begitu terurus, banyak penggembala yang memanfaatkannya untuk menggembalakan kambingnya. Suasana terus berubah menjadi lebih baik hingga sekarang ini Museum Manusia Purba Sangiran dapat memberikan edukasi pada masyarakat. Hal ini merupakan perjalanan yang tidak singkat, memulai segalanya dari sebuah tinggalan masa lalu untuk dapat mengedukasi masyarakat.
“Dulu masyarakat banyak yang belum sadar akan peninggalan fosil di sekitar mereka, ini merupakan pekerjaan berat karena masyarakat juga sahabat kami. Kami lakukan pendekatan secara terus menerus dan saat ini gencar sosialisasi guna menyadarkan masyarakat betapa bernilainya tinggalan di sekitar mereka”, cerita Rusmulia.
Hal ini diamini oleh dua narasumber lain yang menambah cerita tentang kenangan mereka di masa lalu. Cerita dalam upaya melestarikan Situs Sangiran dengan segala peninggalannya yang terus dimanfaatkan bagi masyarakat. “Mengenang masa lalu yang terasa seperti baru kemarin”, seru Pudjijarso.
“Masyarakat sekarang sudah banyak yang sadar dan menyerahkan temuannya kemari”, lanjut Gunawan, S.Pd.
Para perintis yang mengawali upaya pelestarian Situs Sangiran menjadi inspirasi guna terus bekerja untuk melestarikan Situs Sangiran. Pelestarian guna menyerahkan tongkat estafet kepada yang lebih muda. (Wiwit Hermanto)