Kajian Potensi Cagar Budaya Situs Sangiran

0
757

Dalam rangka memperkuat nilai Situs Sangiran sebagai situs Kala Pleistosen yang juga mengandung tinggalan pasca Pleistosen, pada tahun 2019 BPSMP Sangiran melakukan kegiatan pengembangan potensi situs di beberapa wilayah yang masuk di Situs Sangiran. Kajian yang dilakukan diharapkan dapat menunjukkan jenis-jenis dan persebaran tinggalan tradisi Megalitik di Situs Sangiran yang lebih dikenal oleh masyarakat awam dengan istilah “Kubur Budho”. Pengumpulan data lapangan Kajian Potensi Cagar Budaya Situs Sangiran dilaksanakan selama 12 hari dimulai pada tanggal 22 Februari hingga 05 Maret 2019. Kegiatan tersebut melibatkan 21 personal yang terbagi atas tim survei arkeologi, tim ekskavasi, dan tim survei persepsi masyarakat sekitar.

Survei arkeologi lebih difokuskan pada wilayah bagian utara Situs Sangiran yang meliputi, Desa Ngebung, Desa Bukuran, Desa Krikilan dan Desa Tegalombo yang merupakan bagian dari Kecamatan Kalijambe serta Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh. Penentuan lokasi-lokasi tersebut didasarkan pada informasi dari masyarakat yang telah berpengalaman terkait keberadaan tinggalan-tinggalan arkeologi di sekitar mereka. Hingga saat ini hasil survei menunjukkan bahwa di desa-desa tersebut terdapat temuan-temuan arkeologi yang sebagian besar berupa pecahan gerabah. Sementara itu, ekskavasi dilakukan di dua lokasi yang berada di Desa Bukuran. Tim 1 melakukan ekskavasi di Dusun Bapang dan Tim 2 di Dusun Toho. Sampai saat ini, hasil ekskavasi di Dusun Bapang hanya berupa pecahan-pecahan gerabah, sedangkan di Dusun Toho sementara terdapat temuan yang diperkirakan 2 buah ‘Kubur Budho’. Bekal kubur yang terdapat di Kubur tersebut berupa gerabah-gerabah, berdasarkan identifikasi awal salah satu dari tinggalan berupa periuk.

Pada kajian Situs Sangiran tahun 2019 ini juga dilakukan kegiatan survei persepsi masyarakat yang berada sekitar lokasi keberadaan tinggalan arkeologi tersebut. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi pengetahuan masyarakat mengenai “Kubur Budho” serta persepsi mereka terkait keberadaan tinggalan tersebut di Situs Sangiran. (Haris Rahmanendra)