Pada ruang pamer III di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung, terlihat begitu mencolok rekonstruksi gajah yang memang paling banyak ditemukan di Situs Sangiran. Rekonstruksi gajah purba berjenis gajah stegodon mampu membawa pengunjung kembali ke masa lalu saat ajah itu hidup. Pengunjung dapat menyaksikan langsung betapa besarnya gajah purba dimasa lalu. Rekonstruksi ini merupakan bagian dari pengenalan masa purba kepada pegunjung melalui rekonstruksi gajah. Tampak papan tulis di sebelah rekonstruksi gajah yang menjelaskan anatomi dari rekonstruksi gajah. Dengan rekonstruksi gajah dengan keterangannya akan membantu menjelaskan gajah stegodon pada pengunjung.
Dibagian depan rekonstruksi gajah, pengunjung dapat melihat sebuah kisah tentang Sangiran Sebelum Menjadi Warisan Dunia. Sangiran dulu hanya sebuah lahan tandus dan kering yang membuah tumbuhan enggan tumbuh dikawasan ini. Para peneliti bercerita jika konon metahari terasa begitu menyengat karena terasa begitu dekat dengan Sangiran. Jika musim hujan tiba, banyak longsor terjadi yang membuat temuan fosil tersingkap bak cendawan dimusim hujan. Masyarakat saat itu masih memegang teguh mitos yang dipercaya masyarakat kala itu. Mitos tersebut dikenal dengan Mitos Balung Butho -Tulang Raksasa- yang harus dihormati masyarakat dengan segala pernak-pernik yang menyertainya. Mitos ini mulai terkikis sehingga perlahan-lahan hilang saat ini dengan kedatangan von Koenigswald di Sangiran.
Untuk melengkapi informasi dari masa lalu, ruang pamer III ini dilengkapi dengan informasi melalui teknologi masa kini. Informasi melalui teknologi masa kini dengan layar touchscreen akan mampu mengobati keingintahuan pengunjung. Informasi tentang Sangiran dalam ranah keilmuan modern disajikan dengan mendengar pendapat berbagai ahli dari berbagai ilmu. Ilmu tersebut berupa ilmu arkeologi dengan pendapat dari Dra. Retno Handini, M.Si, Dr. Daud Tanudirjo, M.A. dan Dr. Harry Truman Simanjuntak. Dari ilmu geologi dimunculkan pendapat dari Prof. Dr. Yahdi Zaim dan Ir. Wartono Rahardjo. Ilmu Antropologi disuguhkan pendapat dari Lono Simatupang dan TM. Hari Lelono. Dari ilmu Paleoantropologi diambil pendapat dari Dr. Rusyad Adi Suriyanto dan Dr. Harry Widianto. Diakhir perjalanan di ruang pamer III, pengunjung dapat memberikan pendapat, kesan dan pesannya demi kemajuan Sangiran terutama Museum Manusia Purba Klaster Ngebung.
Akhir perjalanan di ruang pamer III ini merupakan akhir dari perjalanan mengeliling masa lalu Situs Sangiran. Sebuah perjalanan panjang dan berliku yang penuh onak dan duri yang kemudian dirangkum dimuseum ini. Perjalanan masa lalu, sejarah Situs Sangiran yang dapat dengan mudah dinikmati pengunjung dan disuguhkan dengan eloknya. Perjalanan sejarah Situs Sangiran yang patut menjadi sebuah pembelajaran bagi generasi penerus, pembelajaran dari masa lalu demi masa depan. (Wiwit Hermanto)