Istri Mendikbud Ajarkan Pendidikan Karakter Melalui Cerita Pada Kemah Karakter Visual

0
571

Jakarta, Kemendikbud — Dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional dan Hari Anak Nasional, Pusat Penguatan Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Puspeka Kemendikbud) menyelenggarakan kegiatan Kemah Karakter Visual 2020. Pada sesi ini, istri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Franka Franklin Makarim, tanamkan pendidikan karakter kepada anak Indonesia melalui bercerita secara virtual, pada Rabu (08/07/2020).

Franka menuturkan bercerita atau membacakan dongeng sangat penting bagi anak Indonesia, karena mereka akan belajar untuk mencintai cerita. “Pada saat bisa membaca, mereka akan tergerak untuk mencari cerita itu sendiri,” ujar Franka.

Oleh karena itu, lanjut Franka, orang tua harus selalu bersedia memberikan waktu dan perhatian untuk membacakan cerita atau dongeng bagi anak-anak, yang dapat bersumber dari buku, daring, atau bahkan bercerita pengalaman. “Tidak ada alasan untuk tidak membacakan cerita karena tidak ada buku, bisa melalui online, pinjam dari perpustakaan, buku dari teman-teman, atau bahkan bisa bercerita mengenai pengalaman,” jelasnya.

Kali ini, Franka Franklin Makarim menceritakan buku yang berjudul “Ketika Gilang Ingin Seperti Kakak Sita”. Kepala Puspeka Kemendikbud, Hendarman mengungkapkan, ada pesan khusus dari buku tersebut, yang ingin dibagikan kepada para peserta Kemah Karakter Virtual 2020.

“Bercerita bisa menjadi media efektif untuk mengajarkan karakter bagi anak Indonesia, bukan hanya itu membangun karakter baik antara kakak beradik menjadi fokus penting, terutama di saat semua belajar di rumah,” ujar Hendarman di Jakarta, pada Selasa (07/07/2020).

Cerita “Ketika Gilang Ingin Seperti Kakak Sita” berisi nilai-nilai karakter saling tenggang rasa antara kakak beradik, dan ada karakter untuk tekun dan pantang menyerah untuk mencari minat dan kesukaan dari masing-masing anak. “Cerita ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, ada adik yang suka mengagumi kakak dan mengikuti kakaknya, kakak menjadi panutan,” jelas Franka.
Ketika selalu meniru si kakak, lanjut Franka adik pun sedang berada di dalam proses mempelajari minat yang disukai. “Disinilah kita bisa melihat bagaimana kakak menjadi panutan adik, hingga akhirnya adik dapat (berprestasi) menemukan dunianya sendiri,” ujar Franka.

Cerita “Ketika Gilang Ingin Seperti Kak Sita”

Berikut ini penggalan cerita “Ketika Gilang Ingin Seperti Kak Sita” yang dibacakan oleh Franka Makarim:

Cerita ini berawal dari obsesi seorang anak lelaki bernama Gilang yang sangat ingin menjadi seperti kakak perempuannya, Sita. Setiap hari, Gilang akan mengikuti gerakgerik kakaknya, mulai dari aktivitas menggambar, bercerita, bermain. Namun, Sita tidak menyukai Gilang yang selalu berada di sekitarnya, karena selalu meniru segala hal yang dilakukannya.

Suatu hari, Sita menghadiri latihan di Sanggar Tari yang berlokasi tidak jauh dari rumah. Seperti biasa, Gilang bersikeras untuk bisa bersama Sita. Kakaknya pun menolak keinginan Gilang dengan memintanya tetap berada di rumah. Bukannya diam di rumah, Gilang justru memutuskan untuk mengendap-endap mengikuti Kak Sita hingga bahkan menonton kak Sita berlatih di sanggar.

Selang beberapa waktu, Sita memergoki Gilang yang berada di dalam sanggar tari. Dia melarang Gilang untuk ikut menari karena tarian itu diperuntukkan bagi anak perempuan. Nama tarian yang dipelajari Sita adalah Tarian Bondan. Gilang merasa sedih, dan memutuskan untuk mengelilingi ruangan sanggar tari. Dia terkejut ketika dia mendapati ada sekelompok anak lelaki yang sedang berlatih menari. Seketika, Gilang pun ikut menari bersama mereka dengan riang gembira.

Akhirnya, Gilang bahagia karena dia juga dapat bergabung menari di sanggar tari. Ada banyak tarian yang Gilang pelajari yang bisa ditarikan oleh semua anak, termasuk anak lelaki. Di sisi lain, Kak Sita pun berhenti kesal terhadap adiknya karena selalu membuntuti dia selalu. Bahkan, kakak beradik ini pun dapat menari, sepanggung bersama di beberapa tarian baru, seperti Tari Kelinci. * (Gloria Gracia)

Sumber: kemdikbud.go.id