Intip Budaya Ruwahan

0
734

Dalam masyarakat Jawa, kita tahu ya teman-teman banyak sekali budaya yang masyarakat masih menjalankan sebagai wujud dari pelestarian adat istiadat yang dulu pernah dilakukan oleh nenek moyang kita, begitupun dengan masyarakat di sekitar Museum Sangiran ini. Ternyata mereka masih mempertahankan dan juga melestarikan budaya-budaya yang diwariskan oleh nenek moyang kita loh, salah satunya ruwahan.

Ruwahan ini sendiri tidak dilakukan setiap saat ataupun setiap bulan, melainkan hanya dilakukan setahun sekali, di bulan tertentu yaitu di bulan sebelum bulan puasa ramadhan (bulan Sya’ban), atau dalam kalender Jawa menyebutnya bulan Ruwah. Lalu apa sih ruwahan itu? Ruwahan merupakan salah satu upacara tradisional yang masih dilakukan sampai saat ini oleh masyarakat di sekitar Museum Sangiran, yaitu dengan melakukan pengajian dan berdo’a di pemakaman. Ruwahan ini bertujuan untuk mengirim do’a kepada anggota keluarga mereka yang sudah meninggal agar diampuni dosa dan juga diberi tempat ternyaman di sisi-Nya.

Ruwahan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Museum Sangiran ini hanya boleh dihadiri oleh laki-laki saja. Biasanya para keluarga besar membuatkan sedekah nasi tumpeng, atau camilan seperti kue, arem-arem dan makanan lainnya untuk dimakan bersama di pemakaman. Memberikan makanan atau jamuan ini dimaksudkan sebagai sedekah di bulan Sya’ban. Tidak hanya itu, masyarakat juga bergotong royong membersihkan makam sebagai wujud bahwa kita tidak pernah melupakan keluarga kita yang sudah meninggal. Ruwahan ini merupakan budaya yang pantas dilestarikan, selain tujuannya yang baik untuk mengirimkan do’a namun juga terdapat sisi sosial yaitu berbagi kepada sesama melalui sedekah makanan. Nah, gimana teman-teman di sini, ada yang sudah pernah mengikuti acara ini ? (Nur Rahma Hapsari)