Melakukan edukasi pada masyarakat terutama bagi generasi penerus sangat penting guna menyebarkan informasi dan pengetahuan serta meningkatkan pemahaman di lapangan. Hal ini dirasakan langsung oleh Universitas PGRI Semarang pada hari Selasa, 10 Desember 2024 yang berjumlah 29 orang mahasiswa dengan 2 orang guru pendamping.
Rombongan diputarkan film tentang kisah Sangiran di masa lalu hingga bagaimana pemanfaatannya untuk pengetahuan dan wisata pada saat ini. Pemutaran film ini terkait juga dengan pendidikan penguatan karakter khususnya bagi mahasiswa agar mereka mengenal kebesaran bangsa ini di masa lalu. Selain itu, rombongan juga memperoleh oleh-oleh berupa buku terbitan BPSMP Sangiran.
Kunjungan ini merupakan bagian dari mata kuliah Evolusi guna mengetahui bagaimana proses terbentuknya bumi dan asal usul kehidupan yang ada di bumi.Selain juga guna mengetahui proses evolusi tumbuhan, hewan, dan manusia. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah untuk memperkenalkan mahasiswa materi perkuliahan yang dapat diaplikasikan dilapangan. Hal ini dirasakan sulit jika tidak melakukan eksplorasi mendalam dilapangan.
“Tujuan kegiatan Eksplorasi Lapangan yang dilaksanakan oleh Universitas PGRI Semarang ini bertujuan untuk mengenalkan Sejarah Situs Sangiran serta mengidentifikasi fosil-fosil yang ditemukan di situs ini”, jelas Reni Rakhmawati selaku dosen pendamping
Perjalanan selama 2,5 jam terbayar setelah mendapatkan layanan edukasi yang diberikan pada rombongan. “Terima kasih atas perhatian, sambutan, dan bukunya, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan, kunjungan kami kemari untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman siswa kami”, seru Reni.
Melalui buku, dapat memberikan pengetahuan tentang perjalanan mereka ke Sangiran. Edukasi yang memberikan pengetahuan dan wawasan bagi anak usia Universitas PGRI Semarang. Diharap melalui buku, mahasiswa dapat belajar dan memperdalam ilmu pengetahuan.
Edukasi yang menjadi pengetahuan dan wawasan tentang Sangiran yang mudah dipahami. Mengajak siswa mengenal kisah masa lalu Sangiran melalui berbagai buktinya serta ditambah dengan film dan buku yang menjadi sumber pengetahuan.
Pengalaman bagi rombongan yang dibawa pulang dan diceritakan pada orang sekitarnya sebagai sebuah terobosan bagi penyebaran informasi. Sebuah kewajiban yang harus diemban dan dituntaskan. (Wiwit Hermanto)