Pada acara ‘Kick Off G20 on Education and Culture’ hari ini, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengumumkan agenda prioritas bidang pendidikan dan kebudayaan yang akan diperjuangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) selama presidensi G20 Indonesia.
Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid selaku Coordinator of Ministerial Meeting on Culture menjelaskan bahwa kepemimpinan Kemendikbudristek pada bidang kebudayaan dalam Presidensi Indonesia di G20 nantinya akan membawa tema bertajuk ‘Jalan kebudayaan untuk Hidup Berkelanjutan’. Melalui tema itu, Indonesia akan mengajak negara-negara lainnya untuk merefleksikan diri dan memikirkan kembali kehidupan manusia dalam tatanan global yang dianggap masih jauh dari hidup yang berkelanjutan.
“Semua orang saat ini berbicara tentang pentingnya membentuk satu normal baru. Hanya saja, apa yang menjadi landasan bagi normal baru ini? Sekali lagi, kebudayaan bisa kita harapkan untuk memberikan kontribusi, karena sejatinya kebudayaan adalah sumber dan hasil dari pembangunan,” ucap Hilmar.
“Kalau kita tidak arif atau memanfaatkan kearifan lokal dengan baik, keberlanjutan bumi tidak akan bisa dijaga. Untuk itu, semua harus berkelanjutan termasuk di dalam lingkungan dan alam di mana kita memanfaatkan sandang, pangan, dan papan,” tambah Hilmar.
Hadir dalam gelar wicara ‘Kick Off G20 on Education and Culture’ yang dimoderatori Dirjen Kebudayaan adalah Helianti Hilman selaku wirausahawan sosial. Sebagai penggerak di bidang pangan berkelanjutan, Helianti menuturkan kontribusi budaya yang sebenarnya adalah memberikan interpretasi terhadap bahan pangan.
“Bahan pangan ada di seluruh dunia. Tapi interpretasi budayalah yang kemudian menerjemahkan itu menjadi sesuatu yang berguna untuk kita,” ujar Helianti setelah menjelaskan pengalamannya bahwa tidak seperti Indonesia yang memanfaatkan bunga kecombrang sebagai sambal dan masakan, bunga kecombrang di negara Kosta Rika merupakan bunga nasional dan tidak ada pengetahuan di sana bahwa bunga kecombrang dapat dikonsumsi.
Sementara itu dalam bidang sandang, Andien Aisyah penyanyi yang juga penggerak fesyen berkelanjutan menanggapi pantikan Hilmar Farid bahwa ada riset yang menunjukkan bahwa 70% orang tidak menggunakan pakaian yang sama untuk lebih dari 10 kali. Fakta tersebut belum memperhitungkan jutaan pakaian yang sudah diproduksi namun tidak ada yang membeli.
Andien menjelaskan industri fesyen di Indonesia saat ini sedang meningkatkan perhatian masyarakat untuk menciptakan bumi yang berkelanjutan. “Merupakan pilihan yang baik bagi bumi maupun diri kita sendiri ketika kita bisa menciptakan circular fashion atau fashion yang lebih berkelanjutan,” ucap Andien. Perbincangan yang membuka wawasan ini dapat disimak di kanal YouTube KEMENDIKBUD RI.
Sumber: kemdikbud.go.id