Borobudur, Cagar Budaya Yang Menjadi Contoh Keberagaman dan Kedamaian

0
2386

Menurut catatan sejarah, bangsa Indonesia sejak dahulu adalah bangsa yang memiliki toleransi tinggi antar umat beragama dan saling menghargai. Dari catatan sejarah itu perlu kembali dilestarikan guna membangun bangsa ini. Hal tersebut dapat dimulai dari membangun sikap kebangsaan yang positif generasi muda.

Demikian yang menjadi salah satu tujuan Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, dalam menyampaikan ceramah pada sebagian peserta Perwimanas II dengan materi Kebangsaan. Materi ini disajikan Hilmar di Barak 5 pada hari Selasa, 20 September 2017. Materi kebangsaan yang di kampus-kampus menjadi materi pendidikan yang membuat mahasiswa lelah dan mengantuk dibawakan secara santai oleh Hilmar dan sesekali diselingi diskusi dengan peserta yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Cara penyampaian yang santai dan tak kalah pentingnya dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami membuat peserta tetap semangat dan tidak bosan.

Hilmar memberi contoh sederhana yang ada di tengah-tengah masyarakat, bahwa perbedaan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak dahulu kala dan perbedaan tersebut tidak menimbulkan perpecahan dan bentrokan. Masyarakat berlainan agama dan keyakinan hidup rukun dan saling menghargai. “Borobudur bisa dimanfaatkan ibadah oleh orang beragama Budha. Padahal Borobudur berada di tengah masyarakat beragama Islam. Borobudur telah berdiri selama 1.200 tahun dan terus di rawat dan dilestarikan. Yang hebat adalah masyarakat yang bisa menjaganya. Kita ini bagian dari masyarakat di tengah dunia yang terpecah belah”, ungkap Hilmar menjelaskan.

Tak lupa, Hilmar mengajak para peserta untuk membuktikan keberagaman masa lalu dengan berkunjung ke Candi Borobudur. Hilmar berpesan, “Saat kalian berkunjung ke Borobudur resapi kehebatannya walau kita datang dengan keyakinan yang berbeda. Pelajari sejarah, tidak perlu dihapal tapi dipahami dan diresapi, demikian ungkap Hilmar.

Candi Borobudur bukan hanya menjadi contoh sebuah hasil kebudayaan agama Budha saja, namun juga menjadi simbol keberagaman negeri ini yang penuh cinta damai. Cinta damai yang perlu dibagikan kepada seluruh negeri melalui sebuah cagar budaya yang membanggakan. (Wiwit Hermanto)