BELAJAR EVOLUSI MELALUI SOSIALISASI

0
915

Salah satu pepatah dari Minangkabau berbunyi “Alam takambang jadi guru”. Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia, kira-kira berarti ”alam terkembang (terbentang luas) dijadikan sebagai guru“. Guru maksudnya adalah apa yang ada yang dapat memberikan pelajaran kepada kita atau apa yang dapat kita pelajari padanya. Guru di sini bermakna luas, berlaku untuk semua baik berupa orang dan alam sekitar di segala tempat dan keadaan. Dengan kata lain maksud guru itu adalah sumber belajar, baik untuk di sekolah maupun di luar persekolahan. Pepatah atau ungkapan filosofis ini bermakna agar seseorang belajar pada alam yang menyajikan berbagai fenomena. Alam yang terbentang luas juga mengabarkan sebuah kearifan.  Hal ini secara implisit dapat juga dimaknai bahwa belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.

Dalam konteks “alam” sebagai sumber belajar, terdapat satu nama bentang alam yang dapat menjadi sumber belajar yang sangat menarik, yaitu Sangiran. Sangiran merupakan situs purbakala yang unik, menarik, dan kaya akan tinggalan-tinggalan masa lampau. Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari Sangiran. Salah satu pengetahuan penting yang dapat dipelajari dari Sangiran adalah pengetahuan tentang evolusi. Seperti situs-situs paleoantropologis lainnya, situasi lapangan Situs Sangiran belum mampu bercerita sendiri tentang evolusi kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, agar pesan-pesan informasi Situs Sangiran sampai kepada masyarakat dibutuhkan strategi edukasi. Selain dengan mendirikan museum, salah satu strategi edukasi Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran untuk menyebarluaskan informasi mengenai situs Sangiran adalah dengan mengadakan sosialisasi.

Pada tanggal 3 Februari 2016 diadakan sosialisasi di Universitas Kristen Satyawacana (UKSW) Salatiga. Sosialisasi ini terselenggara atas kerjasama BPSMP Sangiran dengan pihak UKSW. Lewat kegiatan ini, para peserta sosialisasi yang sebagian besar berasal dari kalangan akademisi banyak mendapatkan pengetahuan tentang evolusi yang disampaikan oleh para narasumber yang mengerti banyak tentang Sangiran. Berbicara tentang evolusi di Sangiran, maka ada banyak pengetahuan dan informasi tentang evolusi yang didapatkan para peserta ketika sosialisasi di UKSW ini. Sejarah evolusi manusia selama lebih dari 1 juta tahun, informasi tentang temuan lebih dari seratus individu fosil Homo erectus, dan 2 tipe Homo erectus di Sangiran merupakan beberapa informasi yang disampaikan ketika sosialisasi. Pengetahuan ini merupakan salah satu kunci untuk memahami evolusi manusia.

evolusi00001

Pengetahuan lain yang disampaikan ketika sosialisasi adalah tentang evolusi fauna. Di Sangiran, terdapat berbagai fosil fauna dari masa purba dengan habitat  lingkungan laut, rawa-rawa, dan darat yang di antaranya saat ini telah punah maupun mengalami perubahan ukuran fisik. Informasi ini menggambarkan lingkungan masa lalu (berdasarkan habitat fauna) dan perubahannya serta menorehkan kisah tentang evolusi fauna selama lebih dari 2 juta tahun.

evolusi00002

Selain evolusi manusia dan fauna, Sangiran juga memuat pengetahuan tentang budaya. Terdapat berbagai jenis benda peninggalan budaya manusia purba dari sekitar 1,2 juta – 180.000 tahun yang lalu di Sangiran. Secara eksplisit, pengetahuan ini menggambarkan evolusi budaya, terutama jenis budaya/teknologi manusia purba sebagai alat adaptasi selama lebih dari 1 juta tahun. Bentang alam Sangiran juga menampilkan singkapan lapisan tanah/stratigrafi dari 2,4 juta tahun yang lalu sampai sekarang tanpa terputus. Pengetahuan tentang singkapan tanah ini menggambarkan sejarah pembentukan lahan dan evolusi lingkungan lebih dari 2 juta tahun.

Pada kegiatan sosialisasi ini para peserta banyak bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Situs Sangiran. Terdapat peserta yang bertanya tentang potensi Situs Sangiran maupun kaitan evolusi dengan agama. Salah satu pertanyaan yang menarik dari peserta adalah mengenai cara mengajarkan materi evolusi kepada anak sekolah, khususnya tentang evolusi manusia. Sosialisasi ini menjadi semacam ‘diskusi’ umum bagi akademisi dan masyarakat yang ingin mengetahui tentang aspek evolusi maupun Situs Sangiran. Kegiatan sosialisasi ini penting dilakukan karena memuat kegiatan transfer of knowledge, sharing informasi maupun jalinan kemitraan antara pendidikan formal dan informal sehingga dapat mendukung tumbuhnya ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang harmonis.