Pameran yang digelar BPSMP Sangiran melalui Seksi Pemanfaatan di Gedung Olah Raga (GOR) Lembupeteng Tulungagung sudah dikunjungi berbagai elemen masyarakat. Tercatat pengunjung berasal dari berbagai sekolah di Tulungagung, perguruan tinggi, dan juga masyarakat umum.
Pada hari Kamis, 27 Februari 2020 ini pameran di kunjungi satu elemen masyarakat dan yang istimewa adalah kunjungan dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Wajakensis. Pokdarwis ini berkunjung untuk menyaksikan pameran dan merasa terpesona dengan koleksi yang ditampilkan.
“Bagus koleksinya, lengkap, kami bisa belajar dari sini”, seru seorang anggota Pokdarwis.
Pernyataan tersebut membuka diskusi yang makin mendalam, bukan saja terkait cagar budaya yang ada di Situs Sangiran tapi juga yang ada di Tulungagung khususnya yang dikenal sebagai Homo wajakensis yang berasal dari Campurdarat. Diskusi ini menjadi lebih menarik saat mereka memiliki keinginan untuk belajar banyak dari pengelolaan Situs Sangiran.
“Kami ingin berkunjung ke Museum Sangiran, bukan hanya menyaksikan koleksi museum tapi lebih dari itu, kami ingin mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat di Sangiran, bagaimana bisa mendukung pelestarian. Bukan hanya untuk wisata saja, itu harapan kami”, jelas salah anggota Pokdarwis.
Semangat mereka untuk membangun desa, memperkenalkan masyarakat akan cagar budaya di sekitarnya, mengenalkan pada generasi muda, dan juga dukungan berbagai pihak. Kelompok yang ada saat ini beranggotakan sekitar 40 orang tapi tidak semua anggota aktif. Ini merupakan sebuah masalah yang terjadi di awal sebuah kelompok menggapai mimpi dan harapannya.
Untuk menggapai hal itu perlu banyak belajar dari berbagai kelompok yang sudah melalui berbagai masalah dan mampu menyelesaikan masalah itu hingga menjadi “kelompok dewasa”. Kelompok yang tegar dan mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri dan ini memerlukan waktu yang panjang.
Untuk belajar dari tempat lain, mereka memperoleh “oleh-oleh” berupa buku untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan. Buku Katalog Homo erectus mampu membius mereka, sebuah buku terbitan BPSMP Sangiran yang telah ditanamkan teknologi. Setelah mencoba teknologi, mereka berkomentar:
“Wah bagus ini”
“Cocok untuk memperkenalkan masa lalu pada generasi muda”
“Bagus ini, saya rekam untuk jadi pembelajaran”
“Terima kasih atas penjelasannya, semoga menjadi pembelajaran untuk kami ke depan”, pungkas mereka.
Sebuah pembelajaran berharga yang dipetik pada diskusi ini, sebuah kelompok harus belajar untuk menjadi lebih baik dan salah satu caranya adalah dengan membuka diri akan kritik dan saran. Semua demi kemajuan kebudayaan.