Balai Media Kebudayaan (BMK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar Diskusi dan Pentas Budaya Tegal, Jawa Tengah yang bertajuk “Mewujudkan Pemajuan Kebudayaan di Tengah Masyarakat Digital” pada Sabtu lalu (21/10). Diskusi dan pentas budaya tersebut diselenggarakan guna menggali sejauh mana upaya pelestarian kearifan lokal dilakukan masyarakat dalam arus kemajuan teknologi masa kini yang juga membawa pengaruh budaya luar.
Kepala BMK Kemendikbudristek, Retno Raswaty, mengatakan bahwa perkembangan teknologi yang makin pesat seharusnya justru membantu kinerja pemajuan kebudayaan. Terbukti, telah banyak pegiat dan komunitas budaya yang memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkan profesinya.
“Penyebarluasan konten kebudayaan melalui media digital sekaligus menjadi cara untuk menunjukkan kepribadian bangsa Indonesia yang menjunjung kesantunan dan kearifan kepada dunia. Oleh sebab itu, penting agar seluruh pihak bersama-sama melestarikan nilai-nilai tersebut dalam bentuk kreasi berbasis budaya,” ujarnya di Tegal, beberapa waktu lalu.
Teknologi digital, menurut Retno, memudahkan penyebarluasan informasi kerja kebudayaan. “Pemerintah, melalui Kemendikbudristek, terus menyokong upaya pemajuan kebudayaan oleh masyarakat yang adaptif dengan media digital. Salah satunya melalui penyediaan Dana Abadi Indonesiana bagi pegiat dan komunitas budaya yang dapat diakses melalui platform digital,” ujar Retno.
Sebagai pemateri dalam diskusi, hadir Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, yang menggarisbawahi bahwa budaya digital dan teknologi informasi saat ini telah membentuk cara manusia berinteraksi, berperilaku, berpikir, serta berkomunikasi dalam lingkungannya. Namun demikian, saat ini masih banyak yang tidak peduli terhadap kekayaan kebudayaan lokal Indonesia. Padahal, keragaman budaya justru merupakan investasi yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara sosial dan ekonomi.
“Esensi budaya adalah inovasi, kreasi, dan kolaborasi dalam berkarya. Karya budaya perlu disinergikan dengan teknologi digital agar berkesinambungan dan berkelanjutan,” ucap Fikri Faqih.
Pembicara lainnya, Atmo Tan Sidik, yang merupakan pemerhati budaya Tegal menyatakan, budaya sulit berkembang dan dikenal tanpa adanya dukungan dari medium lain, misalnya saja saat ini media digital. “Contohnya saja film Turah yang berhasil memenangi lomba film internasional atau film Butik dari Brebes dikenal luas karena dua film itu memanfaatkan teknologi media digital. Media digital menjadi wadah yang menyampaikan,” tambah Atmo.
Sesi diskusi yang hangat dan dinamis ini diikuti oleh generasi Z dan milenial dari kalangan pelajar SMA/SMK, guru, maupun pegiat budaya di Tegal dan Brebes. Pentas gamelan oleh kelompok seniman Tegal turut memeriahkan acara. *** (Penulis: Tim BMK Ditjen Kebudayaan/Editor: Denty A.) Sumber: kemdikbud.go id