Babak Awal Sejarah Panjang Museum Manusia Purba Sangiran

0
1110

Situs manusia purba Sangiran merupakan salah satu Warisan Dunia yang ditetapkan UNESCO pada tanggal 6 Desember 1996. Situs ini ada di Propinsi Jawa tengah yang meliputi dua kabupaten yaitu Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Luas Situs Sangiran yang diakui oleh UNESCO adalah 56 km sebagai Daerah Cagar Budaya.
Pada tahun 1977 di Situs Sangiran didirikan sebuah museum dengan nama Museum Prasejarah Sangiran. Sebelum Museum Prasejarah Sangiran berdiri, semua fosil ditempatkan di rumah Kepala Desa Krikilan kala itu yang bernama Toto Marsono. Karena rumah Toto Marsono sudah tidak muat, maka didirikanlah sebuah Museum Prasejarah Sangiran. Museum ini didirikan dengan tema “Apresiasi Sejarah Peradaban Manusia”.
Awal dikenalnya Sangiran oleh dunia adalah dengan kedatangan para peneliti asing yang pada masa itu Indonesia masih dijajah Belanda. Eugene Dubois pernah datang meneliti di Sangiran tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan dan kemudian dia memutuskan memindahkan lokasi penelitiannya. Pada tahun 1891, Dubois menemukan fosil Pithecanthropus erectus di Trinil Ngawi. Peneliti yang datang meneliti di Sangiran adalah von Koenigswald yang menemukan fosil Homo erectus serta berbagai fosil binatang.
Dari berbagai penelitian, disimpulkan bahwa persebaran Homo erectus di Jawa berada di daerah Trinil, Sambungmacan, Mojokerto dan Ngandong. Manusia purba telah punah yang diperkirakan karena hujan meteorit, letusan gunung berapi dan perubahan lingkungan yang drastis. (Nensi Destalia Dewanti, Anggota YGC Sangiran)