Perkembangan Prasejarah Eropa Hingga Indonesia

0
2712

Perkembangan kajian prasejarah di Indonesia pada hakikatnya tidak terlepas dari perkembangan yang terjadi di Eropa karena perhatian terhadap prasejarah Indonesia pada awalnya berasal dari orang-orang Eropa yang datang ke Indonesia. Komunitas masyarakat arkeologi mulai terbentuk pada abad ke-16 dan menyumbang banyak pemikiran baru tentang ilmu prasejarah. Kontribusi penting dari kelompok-kelompok tersebut adalah pengembangan metode ekskavasi, pertanggalan, dan intepretasi terhadap tinggalan masa lampau.

Hasil penelitian dari disiplin geologi dan paleoantropologi sejak abad ke-18 melalui penemuan artefak dan fosil-fosil tulang telah mempengaruhi terhadap perkembangan prasejarah dunia.

Berkaitan dengan manusia awal, geliat penelitian mulai terasa kembali ketika ditemukan sejumlah artefak yang kemudian dikenal sebagai kapak genggam Acheulcan pada lapisan kerasal lebih dari 2,7 m bersama tulang-tulang binatang yang telah punah. Diperkirakan bahwa manusia yang membuat perkakas tersebut hidup sejaman dengan binatang-binatang tersebut dan berusia lebih dari 6.000 tahun silam.

Keberadaan manusia purba yang berbeda dengan manusia modern semakin terkuak dengan temuan fosil tengkorak dan tulang-tulang di Lembah Neanderthal pada tahun 1857. Eksistensi subspecies Homo sapiens neanderthalensis berbeda dengan Homo sapiens sapiens.

Perkembangan ini membawa pengaruh ke Indonesia. Para ilmuwan Eropa menaruh perhatian besar pada benda-benda purbakala yang masih tersimpan dalam tanah.

Sumber: Museum Manusia Purba Klaster Ngebung