Satu-satunya temuan dari Indonesia yang untuk sementara dapat disejajarkan perkembangan evolutifnya dengan manusia modern awal dari akhir Kala Plestosen adalah Manusia Wadjak (Homo wadjakensis), yang telah sempat disebut di atas. Ditemukan oleh B.D van Rietschoten dari sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur pada tahun 1889, tengkorak Wajak I telah menarik perhatian Eugene Dubois, yang saat itu sedang melakukan ekskavasi (penggalian arkeologis) di gua-gua Sumatra Barat dalam rangka mencari fosil manusia bagi persoalan evolusi manusia di daerah tropis. Dubois kemudian memindahkan ekskavasinya di lokasi penemuan Manusia Wadjak, dan dia beruntung mendapatkan tengkorak lainnya, Wadjak II, dengan beberapa gigi lepas, beberapa potongan tulang anggota badan, dan fosil-fosil binatang. Fosil Manusia Wadjak sangat bermineral, di mana berdasarkan tes nitrogen menunjukkan prosentasi 0.38 % untuk Wadjak I dan 0.0 % untuk Wadjak II. Situasi ini menunjukkan bahwa kedua Manusia Wadjak tersebut telah mengalami mineralisasi lanjut, karena tulang segar mempunyai 4-5 % kandungan nitrogen. Tidak jauh dari lokasi penemuan tengkorak, juga ditemukan sebuah potongan tulang paha. Temuan ini berbeda dengan temuan tengkorak dalam hal tingkatan proses fosilisasinya, karena belum mengalami mineralisasi lanjut. Hingga saat ini, usia Manusia Wadjak masih problematik meski diyakini berasal dari akhir Kala Plestosen di Jawa. (Harry Widianto)
Selengkapnya silahkan klik disini