Mengenal Stratigrafi Tanah di Museum Dayu, Situs Sangiran, Karanganyar

0
1670
Anjungan lapisan tanah Notopuro di Museum Dayu

Museum Dayu yang masuk dalam Situs Sangiran merupakan satu-satunya bagian Museum Sangiran yang berada di Kabupaten Karanganyar. Karanganyar memiliki pesona luar biasa untuk obyek wisatanya, salah satunya adalah Museum Dayu, yang memberikan nuansa berbeda bagi destinasi kunjungan wisata di daerah ini.

Pengunjung mengisi buku tamu

Apa saja yang dapat dinikmati di museum ini? Di sini kita diajak untuk menyelami kehidupan masa pra sejarah lewat tampilan stratigrafi tanahnya. Setiap lapisan tanah dipresentasikan dalam anjungan yang berbeda. Dari pintu masuk museum kita akan dibawa menuruni tangga menuju lapisan tanah termuda (notopuro) hingga tertua meliputi kabuh dan grenzbank. Menapaki Lorong Waktu, pengunjung diperkenalkan mengenai lapisan-lapisan tanah yang utama di Situs Dayu sebagai bukti proses pembentukan bumi Jawa, dari yang termuda hingga tertua, sekaligus sebagai sarana menyusuri perjalanan waktu dari jaman yang termuda.

Pengunjung pelajar tertib memasuki Museum Dayu
Simulasi ekskavasi di Museum Dayu
Diorama kehidupan purba

Tidak hanya itu, rekonstruksi kehidupan purba juga ditampilkan melalui diorama dramatik yang akan membawa pengunjung merasakan nuansa jaman purba. Pengunjung dapat menikmati pemandangan kala Plestosen bawah berupa laut dangkal, hutan bakau dan rawa sungai, serta fragmen kehidupan kala Plestosen bawah yang menggambarkan relasi antar manusia, relasi antar manusia dan binatang, dan relasi antar manusia dan lingkungan.
Di ruang pamernya terdapat gambaran tentang lokasi dan kedudukan penting Situs Dayu dan sekitarnya di dalam kawasan Situs Manusia Purba Sangiran secara keseluruhan, karena kluster Dayu memang merupakan bagian tak terpisahkan dari kawasan Situs Manusia Purba Sangiran.
Di bagian tampilan alat-alat batu tertua di Indonesia, dijelaskan berbagai aspek penting dari penemuan alat batu tertua di lapisan Pucangan, disajikan berbagai informasi tentang temuan alat batu serpih tertua di Indonesia, baik sejarah penemuan, contoh dan rekonstruksi cara pembuatan dan penggunaannya.
Untuk menghargai jasa ilmuwan yang sudah meneliti di Sangiran, juga ditampilkan hall of fame berupa video berisikan informasi mengenai pernyataan ilmuwan Harry Widianto, Harry Truman Simanjuntak dan Francois Semah.
Di museum ini juga disediakan media interaktif. Selain fosil hewan purba yang dipajang, juga terdapat peta digital virtual dengan touchscreen monitor horisontal di atas meja. Di bagian akhir, di ruang bawah gedung pamer terdapat simulasi ekskavasi di mana pengunjung juga bisa belajar menemukan fosil, selain itu juga ada permainan virtual ekskavasi. Di musim liburan maupun di hari kerja biasa, Museum Dayu menempati urutan jumlah pengunjung terbanyak setelah Museum Krikilan. (Duwiningsih)