Museum Sangiran Sebagai Mitra Belajar Sekolah : Sinergi Pendidikan Formal Dan Informal

0
1645

Di seluruh dunia, bidang pendidikan memang merupakan tugas utama bagi sekolah. Namun dengan diperluasnya konsep pendidikan, maka peran institusi informal untuk ikut menyebarluaskan pengetahuan pada abad ke 21 juga mendapat perhatian (Hooper-Greenhill, 1996: 140). Oleh karena itu, museum sebagai institusi yang melakukan preservasi, penelitian dan komunikasi mempunyai peran penting di dalam pendidikan. Museum dipandang sebagai salah satu tipe institusi di antara beberapa institusi yang dapat memberikan pendidikan secara massal (Hein, 1998: 4). Oleh karena itu, pendidikan menjadi peran utama bagi museum.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (7) menyebutkan bahwa sistem pendidikan nasional mengatur jalur pendidikan sebagai wahana yang dapat dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian jelas bahwa yang dimaksud dengan jalur pendidikan adalah wahana yang dipergunakan dalam proses pendidikan. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 ayat (1) dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling memperkaya dan melengkapi.
Pada tulisan ini yang akan dibahas terbatas pada pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan informal akan membahas tentang institusi museum. Namun ketika pembahasan museum dikaitkan sebagai pendukung pendidikan formal, maka pembahasan tentang pendidikan formal dibutuhkan untuk mendapatkan sinkronisasi pembelajaran yang diajarkan di sekolah dan yang dapat dipelajari di museum.

School goes to Museum
Tuntutan kompetensi seorang guru sangat diperlukan dalam menjawab berbagai persoalan. Hal ini disebabkan guru merupakan sumber pengetahuan bagi anak didiknya secara langsung di sekolah. Namun, seorang guru juga memiliki keterbatasan dalam penguasaan disiplin ilmu. Oleh karena itu, sumber pengetahuan diharapkan tidak hanya terpusat pada guru, namun juga bisa diperoleh melalui sumber lainnya, seperti buku, internet, perpustakaan, lingkungan sekitar, informasi di museum dan lain-lain. Beberapa museum saat ini telah menyediakan berbagai koleksi sesuai disiplin ilmu dan sangat potensial dalam upaya pengembangan pendidikan. Salah satunya adalah Museum Manusia Purba Sangiran.

Signifikansi Museum Sangiran bagi pendidikan formal (sekolah) adalah karena pengetahuan tentang masa prasejarah, khususnya fosil dan manusia purba, terdapat dalam mata pelajaran IPS SD, SMP dan SMA. Atas dasar hal ini, maka Museum Sangiran sebagai representasi peninggalan manusia, budaya, dan lingkungan purba paling potensial di Indonesia dapat menjadi wahana belajar yang unik dan berbeda bagi siswa. Koleksi Museum Sangiran dapat menjadi media pembelajaran yang menyentuh langsung pancaindra dan pengalaman siswa. Di Museum Sangiran, siswa dapat mengamati secara langsung apa yang diajarkan maupun yang tertulis di buku pelajaran sekolah. Dengan penyajian informasi yang bersifat komunikasi dua arah antara siswa dengan informasi benda koleksi, diharapkan siswa akan bisa memperoleh dan memahami informasi yang disajikan secara jelas, khususnya terkait ilmu pengetahuan dan sejarah.

Museum Sangiran menyajikan koleksi yang berkaitan dengan sejarah alam dan budaya manusia masa lampau. Sebagai institusi pendidikan, Museum Sangiran dapat menjadi agen yang membantu masyarakat menjadi lebih baik dan berpengetahuan. Tata pamer Museum Sangiran dapat berfungsi mendukung berbagai program yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat misalnya yang berkaitan dengan sejarah dan ilmu pengetahuan, perlunya menjaga lingkungan hidup, pembelajaran tentang organisasi sosial atau tentang pemanfaatan teknologi untuk kesejahteraan masyarakat. Eksibisi yang dapat menumbuhkan kesadaran seperti itu dapat menjadikan museum sebagai tempat belajar dan pencerahan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. (Muhammad Mujibur Rohman)