Virtual Museum, Sangiran Sebagai Pilot Project

0
344
Patung S27 menarik untuk menjadi ikon museum virtual

Museum virtual merupakan sebuah entitas digital yang mengacu pada karakteristik museum, yang bertujuan untuk melengkapi, meningkatkan, atau menambah pengalaman museum melalui personalisasi, interaktivitas dan kekayaan konten. Seperti museum biasa yang belum menerapkan teknologi virtual, museum virtual dapat dirancang di sekitar objek tertentu (mirip dengan sebuah museum seni, museum sejarah alam), atau dapat terdiri dari pameran baru dibuat dari awal (mirip dengan pameran di museum ilmu pengetahuan).
Museum virtual dapat memanfaatkan teknologi internet yang terus berkembang dan banyak dimanfaatkan publik. Kemudahan mengakses internet ditambah lagi dengan teknologi ponsel yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Dengan perkembangan teknologi ponsel, publik akan lebih mudah mengakses berbagai informasi yang disajikan dalam museum. Publikasi tentang museum dapat lebih mudah diberikan pada publik memanfaatkan teknologi.
Gagasan tentang museum virtual ini mulai tersebar di Indonesia dan ini sudah ditangkap oleh Direktorat Pelestarian Cagar budaya dan Permuseuman (PCBM). Museum virtual ini sudah mulai terpikirkan dan berusaha diaplikasikan dengan Museum Sangiran sebagai pilot project. Hal ini senada dengan yang diutarakan Charli yang merupakan seorang mahasiswa Museologi Universitas Indonesia yang mulai mengaplikasikan gagasan museum virtual, “Kami ke Museum Sangiran bertujuan untuk membuat virtual museum, saat ini teknologi menjadi kekuatan utama untuk memperkenalkan museum, salah satunya dengan virtual museum ini dan Museum Sangiran menjadi pilot projectnya”. Jika pilot project museum virtual ini berhasil, tidak tertutup kemungkinan jika semakin banyak museum di Indonesia memanfaatkan museum virtual.
Aplikasi dari gagasan museum virtual ini dilakukan dengan menyuting Museum Sangiran pada hari senin 27 Juli 2015. Semua informasi yang diliput akan mampu diakses publik secara mudah. Dengan museum virtual, diharap publik lebih mudah mengakses semua informasi yang disajikan tentang berbagai koleksi, gedung, ornamen, tiket masuk museum dan berbagai hal yang menyertainya. Informasi tersebut sangat bermanfaat bagi publik dan publik berhak untuk mengetahui informasi.
Publik dapat mengakses dengan mudah menggunakan koneksi internet dan bahkan dengan ponsel dapat merasakan berada didalam museum yang riil. Museum virtual menarik minat publik untuk hadir ke museum, seperti yang diutarakan Charli “Memang ada dua teori setelah orang melihat museum virtual, publik akan tertarik datang ke museum atau cukup puas dengan menyaksikan museum virtual saja”.
Museum virtual merupakan promosi museum melalui bantuan teknologi yang saat ini mulai tren di dunia. Dengan promosi melalui museum virtual ini, diharapkan mampu menarik minat publik. Sudah ada sebuah penelitian yang hasil akhirnya menyebutkan bahwa dengan adanya pengemasan penyajian secara tepat museum virtual akan meningkatkan pengunjung sebesar 60%, hasil penelitian ini menghancurkan teori pertama tadi bahwa dengan museum virtual publik cukup puas sehingga tidak ingin datang ke museum lagi, demikian yang diungkap Charli. (Wiwit Hermanto)