Tiga kota lama di Jerman: Coburg, Gotha, dan Dresden menjadi kota-kota yang menginspirasi Raden Saleh. Di sana, museum-museumnya memiliki koleksi sejarah dan spesimen alam yang cukup baik. Berteman dekat dengan Ernst I, Grand Duke Saxe-Coburg-Gotha, pemilik museum Coburg & Gotha, akses Raden Saleh pada museum terbuka lebar.
Sepulang ke Jawa, desakan minat membangun kebiasaan ilmiah semacam di Eropa tak surut.
Ratusan benda arkeologi disumbangkannya ke Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen –sekarang Museum Nasional Indonesia. Di antara koleksinya ada benda-benda logam dari periode Hindu. Terdapat pula lempengan tembaga serupa prasasti dari abad ke-14. Dia juga menghadiahkan tombak Raden Tumenggung Merto Negoro dari masa 825 kalender Jawa (tahun 903 Masehi), Kurdi Tantrang (parang), serta Wedung Paseban (golok pendek).
Bersama itu, terbit gagasan ‘Jelajah Jawa’. Rencananya berjalan mulus berkat sambutan baik dari Pemerintah Hindia Belanda. Masa dia berburu fosil dimulai. Sambil terus mengumpulkan manuskrip-manuskrip tua, Raden Saleh ditemani beberapa pekerjanya melakukan ekskavasi di wilayah di Jawa Tengah & Jawa Timur. -ISB-
(Display 1, Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung)