Raden Saleh adalah sebuah ironi. Di mata peneliti asing seperti Eugene Dubois, LJC van Es, dan GHR von Koenigswald, andilnya dalam bidang paleontologi sudah diakui. Kontribusinya tercatat dalam Natuurkundig Bereeniging in Nederlandsch-Indie, sebuah Asosiasi Ilmu Alam di Hindia Belanda, kala masyarakat pribumi Jawa belum ada yang terlibat di ranah tersebut.
Di negerinya sendiri, kapasitasnya sebagai cendekiawan ‘sepi’ dari percakapan.
Aktivitas Raden Saleh di bidang ilmiah sudah dimulai sejak bertemu dengan Prof. Casparus Reinwardt pada usia belia. Pembelajarannya diawali dengan melukis spesimen tanaman dan hewan temuan Reinwardt. Matanya membidik dengan jeli dan saksama setiap detil fenomena alam. Berkat ketajaman goresan tangannya di atas kanvas, dia memperoleh beasiswa pendidikan ke negeri Belanda. Dua puluh tiga tahun menetap di Eropa, Raden Saleh mempelajari berbagai bidang, mulai dari matematika, ukur tanah, ilmu hewan, dan melukis!
Saat di Dresden, Jerman, dia terlibat dalam kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh lembaga penelitian Leopoldinisch-Carolinische Deutsche Akademie der Naturforscher. Di Belanda, dia menjadi anggota Koninklijk voor Taal-, Land-, en Volkenkunde (KITLV) –sebuah lembaga ilmiah yang berfokus pada penelitian ilmu antropologi, bahasa, sosial, dan sejarah di kawasan Asia Tenggara, Oseania dan Karibia.
Ketika kembali ke Jawa, ide-ide ilmiahnya tersalur melalui Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, satu lembaga independen yang bertujuan memajukan seni dan ilmu pengetahuan yang berkedudukan di Batavia. Salah satu karya ilmiahnya adalah laporan pasca-penjelajahan Pulau Jawa, berjudul “Over Fossiele Beenderen van den Pandan”. Laporan ini dimuat dalam Natuurkundig Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië Vol. 29, terbit tahun 1867.
Ia, Raden Saleh, adalah seorang ilmuwan yang memintas batas negara dan bidang: pionir paleontologi vertebrata di Indonesia sekaligus maestro seni rupa dengan sapuan kuas yang memikat. -ISB-
(Display 1, Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Ngebung)