Awal Penemuan Dan Penelitian Situs Sangiran Sebelum Menjadi Warisan Dunia

0
3505

Museum Manusia Purba Klaster Ngebung menyimpan banyak kisah masa lalu tentang penemuan dan penelitian Situs Sangiran saat Situs Sangiran belum dikenal orang. Dengan koleksi yang dipamerkan di museum ini, seakan membawa pengunjung kembali ke Sangiran di masa itu. Sangiran diawal kedatangan peneliti asing yang berusaha memecahkan misteri masa lalu.

Kedatangan penelitian asing itu membuat nama Sangiran menggaung di dunia Internasional yang dibantu oleh tokoh-tokoh lokal kala itu. Penelitian yang dilakukan Koenigswald di tahun 1934 yang dibantu tokoh lokal bernama Toto Marsono serta berbagai tokoh lain yang berjasa besar dalam mengenalkan Sangiran pada dunia dijelaskan di museum ini. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan merupakan buah kerja keras para peneliti yang dibantu tokoh lokal.

Buah dari penelitian ini membuat Sangiran dikenal dunia dan di akui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Hal ini merupakan suatu perjalanan panjang yang memerlukan kerja keras dan juga melibatkan berbagai pihak. Saat ini untuk melestarikan Situs Sangiran, diperlukan peran serta berbagai pihak seperti pemerintah, LSM dan masyarakat. Pelestarian Situs Sangiran yang sudah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia sangat memerlukan dukungan beterutama masyarakat sekitar Situs Sangiran, ungkap Ratna Sri Panglipur, S.S. selaku Kasubbag Tata Usaha BPSMP Sangiran saat tapping (rekaman) hari Senin 10 Oktober 2016.

Kisah penelitian disaat Sangiran belum dikenal dunia dipamerkan melalui Museum Manusia Purba Klaster Ngebung, dengan diorama, foto-foto, fosil yang semuanya dilengkapi dengan sentuhan teknologi modern dipertontonkan bagi pengunjung. Kisah “Balung Buto” disajikan dalam diorama yang menceritakan bahwa masyarakat kala itu mempercayai kekuatan gaib fosil sebagai obat berbagai macam penyakit, seperti yang dikatakan Wahyu Widiyanta, S.S. selaku Koordinator Museum Manusia Purba Klaster Ngebung.

Masyarakat yang berkunjung ke Museum Manusia Purba Klaster Ngebung dapat merasakan suasana masa lalu saat Sangiran belum dikenal dunia sekaligus menambah pengetahuan dengan informasi yang dipamerkan. (Wiwit Hermanto)