Memahami Kehidupan Purba di Sangiran Melalui Koleksi dan Diskusi

0
67

Museum Manusia Purba Sangiran menjadi tempat wisata sekaligus edukasi bagi masyarakat dengan memberikan berbagai informasi yang mendidik. Tempat mengenalkan kisah masa lalu tentang kehidupan purba yang terjadi di Sangiran antara 2,4 juta tahun yang lalu hingga 300 ribu tahun yang lalu. Melalui museum, pengunjung diajak menikmati dan menyaksikan berbagai koleksi yang menjadi bukti kehidupan masa lalu.

Hal ini menjadi salah satu sebab Pondok Pesantren Miftahul Huda KMA Al-Ulya berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Kunjungan ini dilakukan hari Selasa, 12 Desember 2023 dengan 208 santri dan 68 pendamping. “Mohon dipandu santri-santri kami di museum”, pinta Gunawan selaku salah satu pendamping.

Kunjungan Pondok Pesantren Miftahul Huda KMA Al Ulya akan melakukan kunjungan wisata dalam rangka Class Meeting setelah Penilaian Gasal. Guna memberikan informasi dan pengetahuan kepada santriwati, Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan memberikan informasi melalui koleksi diruang pamer. Selain itu, Santriwati diajak untuk berdiskusi tentang Sangiran dan pengalaman mereka saat menjelajah museum.

Untuk memulai diskusi, rombongan Pondok Pesantren Miftahul Huda KMA Al Ulya dijelaskan tentang Situs Sangiran yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kisah Sangiran sejak 2,4 juta tahun yang lalu saat masih menjadi laut kemudian air laut surut. Surutnya air laut ini membuat jalan darat yang menghubungkan antara kepulauan nusantara dengan benua asia. Jalan darat ini menjadi jalan yang ditempuh manusia purba berjenis Homo erectus menuju Sangiran. Perjalanan ini salah satunya menuju Sangiran yang kala itu sudah berubah menjadi daerah rawa yang juga hidup berbagai hewan purba.

Perubahan demi perubahan terjadi di Sangiran, dari rawa berubah menjadi hutan hujan lebat yang subur membuat Homo erectus berjaya. Hidup dengan limpahan hewan buruan ditengah hutan yang subur dengan limpahan air. Kejayaan Homo erectus itu kemudian harus berakhir akibat perubahan iklim yang drastik dan juga letusan gunung api purba.

Kehidupan manusia purba berjenis Homo erectus yang berhasil menciptakan budaya dan bersama dengan hewan-hewan purba hidup berdampingan. Kisah tersebut dapat diceritakan secara lengkap melalui lapisan-lapisan tanah yang ada di Situs Sangiran. Hal ini diceritakan dalam museum, menceritakan berbagai kisah yang dialami Homo erectus beserta kisahnya dimasa lalu.

Setelah penjelasan, diputarkan film berjudul, “Sangiran untuk Dunia” yang menjelaskan secara audio visual gambaran Sangiran di masa lalu hingga saat ini. Situs Sangiran mampu memberikan berbagai pengetahuan untuk membuka misteri kehidupan masa lalu kala Pleistosen. Hal ini terlihat jelas dengan lapisan-lapisan tanah yang ada di Situs Sangiran, saksi dari kehidupan manusia purba tipe Homo erectus yang berhasil menciptakan alat dan budaya. Manusia purba tipe Homo erectus ini hidup di tengah-tengah hewan purba. (Wiwit Hermanto)