Perpustakaan merupakan tempat yang menyediakan berbagai informasi dan bahan pustaka yang beragam guna kemajuan masyarakat. Berbagai informasi dan bahan pustaka yang dimiliki bertujuan untuk memberikan layanan dan memfasilitasi pembelajaran, penelitian, dan pengembangan masyarakat. Informasi dan bahan pustaka yang ada diperpustakaan dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas hidup masyarakat, memajukan aspek hidup bernegara.
Guna meningkatkan pengetahuan dan kualitas layanan perpustakaan, pada hari Kamis, 23 November 2023, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya pengumpulan data tentang perkembangan manusia.
“Pada tahun 2024, Perpustakaan Nasional akan menyusun buku sejarah perkembangan manusia, kunjungan kami ke Museum Manusia Purba Sangiran ini adalah ingin tahu yang mendukung pembuatan buku tersebut”, ungkap Suharyanto, S. Sos., M.Hum. selaku Kepala Pusat Bibliografi dan Pengolahan Bahan Perpustakaan.
Kunjungan ini memberikan pengetahuan yang dipamerkan di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan yang merupakan visitor center. Di Museum ini, rombongan Perpustakaan Nasional yang berjumlah 21 orang diajak untuk menyaksikan pemutaran film berjudul “Sangiran untuk Dunia”. Film yang berjudul “Sangiran untuk Dunia” mengisahkan tentang Situs dan Museum Sangiran. Situs Sangiran diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh Unesco karena mampu memberikan sumbangsih akan penjelasan terkait misteri kehidupan manusia purba sejak 1,5 juta tahun yang lalu. Keistimewaan Situs Sangiran sehingga diakui dunia, manusia purba jenis Homo erectus dan berhasil menciptakan budaya, lapisan-lapisan dan hewan-hewan purba.
Kisah Sangiran sejak 2,4 juta tahun yang lalu saat masih menjadi laut kemudian air laut surut. Surutnya air laut ini membuat jalan darat yang menghubungkan antara kepulauan nusantara dengan benua asia. Jalan darat ini menjadi jalan yang ditempuh manusia purba berjenis Homo erectus menuju Sangiran. Perjalanan ini salah satunya menuju Sangiran yang kala itu sudah berubah menjadi daerah rawa yang juga hidup berbagai hewan purba.
Perubahan demi perubahan terjadi di Sangiran, dari rawa berubah menjadi hutan hujan lebat yang subur membuat Homo erectus berjaya. Hidup dengan limpahan hewan buruan ditengah hutan yang subur dengan limpahan air. Kejayaan Homo erectus itu kemudian harus berakhir akibat perubahan iklim yang drastik dan juga letusan gunung api purbaKehidupan manusia purba berjenis Homo erectus yang berhasil menciptakan budaya dan bersama dengan hewan-hewan purba hidup berdampingan. Kisah tersebut dapat diceritakan secara lengkap melalui lapisan-lapisan tanah yang ada di Situs Sangiran. Hal ini diceritakan dalam museum, menceritakan berbagai kisah yang dialami Homo erectus beserta kisahnya dimasa lalu.
Kehidupan manusia purba berjenis Homo erectus yang berhasil menciptakan budaya dan bersama dengan hewan-hewan purba hidup berdampingan. Kisah tersebut dapat diceritakan secara lengkap melalui lapisan-lapisan tanah yang ada di Situs Sangiran. Hal ini diceritakan dalam museum, menceritakan berbagai kisah yang dialami Homo erectus beserta kisahnya dimasa lalu.
Selanjutnya rombongan diajak untuk melihat kondisi perpustakaan yang kemudian dilanjutkan berkeliling menyaksikan berbagai koleksi di ruang pamer Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan memberikan informasi umum tentang Situs Sangiran. Lokasi museum berada di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Terdapat 3 ruang pamer pada museum ini dengan kisah beragam dari setiap ruang pamer. Ruang pamer 1 mengangkat kisah tentang “Kekayaan Sangiran”, ruang pamer 2 mengisahkan tentang “Langkah-langkah Kemanusiaan”, dan ruang pamer 3 menyuguhkan “Masa Keemasan Homo erectus 500.000 Tahun yang Lalu”. (Wiwit Hermanto)