Memperkaya Wawasan di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan

0
209

Mahasiswa program studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga melakukan praktik kuliah lapangan di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Kunjungan ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan praktik kuliah lapangan untuk mata kuliah Sejarah Indonesia Nirleka Abad XVI yang ditempuh mahasiswa pada semester genap 2022/2023.

Rombongan berjumlah 75 mahasiswa dan 3 orang dosen pendamping pada hari Selasa, 9 Mei 2023. Selain berkeliling Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan, rombongan diajak diskusi dan menyaksikan film tentang Sangiran guna memperkaya wawasan.

Dalam diskusi, rombongan diajak untuk mengingat Kembali apa yang disaksikan di ruang pamer Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Apa tema pada setiap ruang pamer dan apa saja koleksi yang disajikan di setiap ruang. Para peserta menjawab dengan antusias terkait koleksi yang dipamerkan, berbagai hewan purba, artefak, dan manusia purba disebutkan.

Ini menjadi komunikasi dua arah yang menjadi awal pembelajaran bagi rombongan mahasiswa Ilmu Sejarah dari Unair. Mengingat kembali koleksi yang sudah disaksikan dan kemudian diberi materi tambahan berupa pemutaran film tentang Sangiran.

Film berjudul “Sangiran untuk Dunia” menjadi film yang diputarkan guna memberikan informasi bagi rombongan. Film  ini mengisahkan tentang Situs Sangiran seluas 59,21 km2 yang dihuni masyarakat dengan potensi arkeologi yang begitu besar. Masyarakat yang hidup di tengah situs merupakan sebuah tantangan tersendiri.
Bagaimana masyarakat mampu memberikan konstribusi dalam upaya pelestarian Situs Sangiran sekaligus mampu memberdayakan mereka dengan kehadiran Situs Sangiran beserta potensinya. Potensi arkeologi tersebut wajib dilestarikan dan dipelihara berbagai pihak. Diperlukan kesadaran masyarakat untuk berperan dalam menjaga kelestarian Situs Sangiran yang merupakan titipan generasi selanjutnya.
Gerak langkah masyarakat yang hidup di tengah Situs Sangiran perlu mendapat perhatian khusus, membuat masyarakat sadar bahwa peran mereka begitu bermanfaat bagi kelestarian Situs Sangiran. Masyarakat perlu memahami kehidupan mereka di tengah Situs Sangiran harus mampu memberikan kontribusi nyata bagi upaya pelestarian.

“Terima kasih atas sambutannya, kami setiap tahun kemari guna menimba ilmu”, jelas seorang dosen pendamping diakhir acara.

Sangiran memberi pengetahuan tentang masa lalu bagi masyarakat, sebagai sumber ilmu bagi akademisi, dan terus berbagai pengetahuan. (Wiwit Hermanto)