Delegasi Pendidikan G20 Kenali Warisan Budaya Dunia di Indonesia: Candi Borobudur dan Prambanan

0
379

Mengenal kekayaan budaya Indonesia yang beragam menjadi hal yang menarik bagi siapa pun, termasuk warga negara asing. Kunjungan kebudayaan (cultural visit) atau ekskursi budaya selalu menjadi agenda wajib dalam perhelatan internasional yang berlangsung di Indonesia, termasuk saat Presidensi G20 Indonesia. Di sela-sela Pertemuan Pertama Kelompok Kerja Pendidikan G20 atau First Education Working Group (EdWG) Meeting, para delegasi G20 diajak untuk menikmati pesona matahari terbit di Candi Borobudur, berkunjung ke Candi Prambanan, hingga menikmati Royal High Tea (Patehan) dan mencoba Jemparingan.

Agenda budaya yang pertama diikuti para delegasi G20 adalah menikmati makan malam di Candi Prambanan dan menyaksikan pertunjukan dramatari Roro Jonggrang pada Kamis malam, (17/3/2022). Dramatari berlangsung di kompleks Candi Prambanan dengan latar belakang Candi Prambanan yang tampak indah di malam hari dalam sorotan cahaya lampu. Para delegasi menyaksikan dramatari tersebut dan memberikan apresiasi dengan riuh tepuk tangan saat dramatari selesai.

Dramatari Roro Jonggrang mengisahkan legenda Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Dikisahkan, Bandung Bondowoso yang ingin meminang Roro Jonggrang harus memenuhi syarat yang diajukan, yaitu membangun 1.000 candi dalam waktu satu malam. Bandung Bondowoso lalu meminta bantuan prajurit jin untuk membangun 1.000 candi. Namun saat candi ke-999 selesai dibangun, terdengar suara ayam berkokok, pertanda pagi telah tiba. Bandung pun gagal meminang Roro Jonggrang. Karena merasa ditipu oleh Roro Jonggrang, Bandung lalu mengutuknya menjadi arca sebagai penggenapan jumlah 1.000 candi.

Usai menikmati makan malam dan dramatari di Candi Prambanan, keesokan harinya para delegasi G20 mengikuti agenda kunjungan kebudayaan ke Candi Borobudur. Di hari terakhir EdWG, Jumat (18/3/2022), rombongan telah siap sejak pukul 04.00 WIB untuk berangkat menuju Candi Borobudur dan menikmati matahari terbit. Kedatangan mereka di Candi Borobudur disambut oleh Balai Konservasi Borobudur, salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Setelah menyaksikan keindahan matahari terbit dari bagian atas struktur Candi Borobudur, para delegasi G20 lalu mengelilingi struktur candi sambil mendengarkan penjelasan pemandu dari Balai Konservasi Borobudur. Pemandu tersebut menjelaskan tentang sejarah Candi Borobudur dan kisah yang ada pada panel-panel relief dan stupa di Candi Borobudur. Secara keseluruhan, Candi Borobudur memiliki 1.460 panel relief dan 504 stupa.

Candi Borobudur merupakan cagar budaya Indonesia yang telah ditetapkan sebagai situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESO pada tahun 1991. Dalam penetapan tersebut, Candi Borobudur menjadi Warisan Dunia, termasuk di dalamnya Candi Pawon dan Candi Mendut, karena dianggap memenuhi kriteria Nilai Universal Luar Biasa. Dibangun pada abad ke-8 dan 9 oleh Dinasti Syailendra, kompleks percandian ini merepresentasikan kemegahan tinggalan dinasti tersebut, yang berkuasa di Jawa sampai dengan abad ke-10. Candi Borobudur juga menjadi salah satu monumen Buddha terbesar yang ada di dunia.

Setelah berkunjung ke Candi Borobudur, pagi itu rombongan lanjut beranjak ke Candi Prambanan. Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu, yaitu Brahma sebagai Dewa Pencipta, Wishnu sebagai Dewa Pemelihara, dan Siwa sebagai Dewa Pemusnah. Candi Prambanan termasuk Situs Warisan Dunia yang ditetapkan UNESCO pada tahun 1991, bersamaan dengan diresmikannya Candi Borobudur. 

Melalui agenda kebudayaan, Ketua G20 EdWG Iwan Syahril mengatakan, ia berharap para delegasi bisa terinspirasi dari budaya gotong royong bangsa Indonesia yang tercermin lewat sejarah, pengetahuan, dan filosofi-filosofi yang ditemukan delegasi dari kunjungan ke Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Menurutnya, hal tersebut sejalan dengan kepemimpinan Kemendikbudristek pada G20 EdWG, yaitu untuk mendorong semangat gotong royong dalam menciptakan pendidikan berkualitas bagi Indonesia dan dunia.

Iwan menuturkan, dalam penyelenggaraan EdWG , Kemendikbudristek berupaya memperkenalkan kekayaan budaya dan karakter bangsa Indonesia yang terbentuk sejak dahulu kala. “Selain menyelenggarakan pertemuan, kami juga memberikan kesempatan kepada para delegasi untuk melihat dan mengalami langsung unsur kebudayaan yang ada di Yogyakarta dan Magelang,” tuturnya. (Desliana Maulipaksi)
Sumber : www.kemdikbud.go.id