Sedekah Deso, Ungkapan Rasa Syukur pada Yang Maha Kuasa

0
1000

Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen merupakan salah satu desa yang berada di tengah-tengah Situs Sangiran. Berada di tengah-tengah Situs Sangiran yang sudah dikenal masyarakat dunia tidak membuat masyarakat desa ini melupakan tradisi yang diwariskan dari pendahulunya. Salah satu tradisi yang masih lekat dengan masyarakat desa ini adalah Sedekah Deso.
Sedekah Deso merupakan acara yang dihelat setelah panen pada setiap tahunnya yang dipimpin oleh tokoh masyarakat. Di Desa Krikilan, pada setiap selesai panen, masih banyak masyarakat yang melaksanakan tradisi ini. Di Dusun Krikilan dan Dusun Ngampon acara ini dilaksanakan dengan dipimpin oleh Warsono yang merupakan mantan Bayan (Kepala Dusun). Selain kedua dusun ini, acara Sedekah Deso dilaksanakan juga di dusun lainnya, “Biasanya dua dusun bergabung melaksanakan”, ungkap Warsono.
Acara ini merupakan tradisi yang juga dilaksanakan oleh masyarakat agraris lainnya, “Tujuannya salah satunya untuk melestarikan budaya Jawa yg secara turun-temurun”, jelas Warsono.
Tradisi agraris yang menyatukan warga dalam sebuah pertemuan, berdoa dan kemudian makan bersama. Menjadi sebuah komunikasi antara sesama warga yang sudah mulai jarang dilakukan karena kesibukan masing-masing selain juga karena pandemi Covid-19. Dalam pertemuan ini warga dipertemukan guna mengungkapkan rasa syukurnya pada Ilahi yang memberikan keberhasilan panen.
Untuk mengungkap rasa syukurnya dalam acara Sedekah Deso ini, masyarakat membawa apa yang terbaik menurutnya. “Ada yg membawa 1 tepak yg berisi nasi, lauk dan lengkap, ada yang membawa buah-buahan dan jajan pasar”, jelasnya.
Pada acara ini, dipimpin oleh seorang yang dianggap memiliki kelebihan pengetahuan, memimpin doa untuk memperoleh kesejahteraan bagi masyarakat. Selain itu juga agar dijauhi dari bahaya yang akan menimpa masyarakat. Kepercayaan ini terus dilestarikan masyarakat yang memandang ini baik dan patut dilestarikan.
Berbagai masyarakat dengan latar belakang berbeda-beda datang dan hadir pada acara ini. “Semua kalangan yg mau ikut acara tersebut, tidak hanya petani, pedagang ataupun Pegawai lainnya juga ada yang datang”, jelas Warsono.
Dari anak-anak hingga orang tua menghadiri acara ini, menggambarkan kesatuan masyarakat desa yang telah diberi keberhasilan dalam panennya dan berdoa agar panen ke depan mendapat keberhasilan pula. Tetapi ada juga sejumlah warga yang tidak mengikuti acara ini karena keyakinan yang berbeda dan juga karena masalah ekonomi. Perbedaan ini tidak membuat masyarakat terpecah tetapi tetap saling menghormati dan tetap menjaga persatuan. (Wiwit Hermanto)