Ruwatan, Makna Dan Fungsinya (Kajian Antropologi Religi)

0
2039

Ruwatan, Makna Dan Fungsinya (Kajian Antropologi Religi)

Oleh: Gatut Murniatmo

 

Dalam masyarakat yang berbudaya sederhana individu-individu sebagai warganya dan pendukung kebudayaannya, dalam cara berpikirnya tidak atau belum dapat terlepas dari alam adikodrati dan segala kekuatan ilahi yang ada di dalamnya kekuasaan manusia atas alam adikodrati ini lemah. Kekuasaan tertinggi terletak dalam komponen-komponen kosmologi yang menguasai dan mengatur proses alamiah dan manusiawi. Karena itu agar tidak terjadi sesuatu yang mengancam dirinya, manusia selalu bersikap hormat untuk menjaga keselarasan dengan kekuasaan-kekuasaan kosmologis itu lewat laku-laku bijaksana yang religius. Laku-laku religius ini diwujudkan dalam bentuk upacara-upacara ritual dan selamatan. Manusia percaya dengan terjaganya “hubungan selaras” ini akan menciptakan ketentraman dan rasa bebas dari ancaman petaka segala kemurkaan alam adikodrati.

Penyusunan tentang “Ruwatan Makna dan Fungsinya” ini memaparkan upaya orang Jawa dalam menjaga keselarasan dengan alam adikodrati atau Tuhan. Ruwatan adalah simbol budaya Jawa yang mensosialisasikan hal-hal yang boleh dilakukan manusia dan hal-hal yang menjadi larangan untuk tidak dilakukan. Manusia yang melanggar larangan ini adalah Sukerta (berdosa) yang akan mendapat hukuman alam/Tuhan. Dalam budaya Jawa disimbolkan tokoh Bathara Kala, pemburu dan pemangsa manusia berdosa untuk menjaga keselarasan itu manusia harus dibebaskan dari Sukerta, yaitu dengan memberi pengetahuan tentang laku hidup yang baik kepadanya.

Melihat arti dan fungsinya, dalam kehidupan masa kini ruwatan dapat ditafsirkan sebagai sarana pengendali dalam upaya manusia untuk menjaga hubungan selaras dengan Tuhan, dengan lingkungan sosialnya dan dalam lingkup kultural dan pengetahuan yang dimiliki manusia akan berbudi luhur, sehingga dapat mencapai kautamaning ngagesang.

Selengkapnya: Patra-Widya, Vol. 1 No. 3, Nopember 2000.