Remaja Cinta Budaya (Jejak Tradisi BPNB DIY 2018)

Jejak Tradisi Budaya Daerah BPNB DIY 2018 di Kota Malang dan Kabupaten Malang

0
1342
remaja cinta budaya jetrada 2018

Jetrada BPNB DIY 2018 – Setelah malam sebelumnya acara presentasi makalah-makalah kebudayaan pilihan di tampilkan dari para remaja-remaja cinta budaya perwakilan tiap provinsi (tiap provinsi diambil lima terbaik), pada pagi ini kamis 5 April 2018, kunjungan pada lokasi pertama di hari ketiga pelaksanaan kegiatan Jejak Tradisi Budaya Daerah bertempat di Sanggar Seni Bantengan, “Kampung Padhepokan Djanti”. Kampung Padhepokan ini pada awal keberadaannya tak lepas dari peran Yongki Irawan (Mbah Yongki), yang merupakan warga sekaligus seniman dari Kota Malang.

Walaupun acara pada malam sebelumnya berakhir pada larut malam, namun semangat dan antusias para remaja peserta Jetrada tak jua surut karena lelah. Pada kunjungan ini, adik-adik peserta Jetrada disajikan kesenian-kesenian yang terdapat pada Kampung Padhepokan Janti seperti Pencak, Nyai Puthut, Bantengan, bambu gila (pring edan). Kesemuanya tersebut menurut Yongki adalah budaya yang harus dilestarikan oleh generasi muda, karena pada umumnya hanya generasi muda yang masih memiliki banyak energi untuk dapat secara perlahan mengikis stereotip buruk yang mungkin disematkan pada kesenian-kesenian asli Indonesia. Menurut Yongki pula, sebenarnya hal-hal yg melekat pada kesenian tersebut merupakan ilmu yang diwariskan oleh para leluhur, di mana hal yang paling utama yang ada di dalamnya adalah kemampuan diri untuk mengarahkan fokusnya pikiran dan hati dalam menjalankan sebuah kegiatan/pekerjaan. Pada kesempatan ini, Yongki pun berharap para peserta dapat turut menyebarkan keberadaan padhepokan ini, sebuah padhepokan yang  dapat memberikan edukasi tentang kesenian, bahkan terhadap usia anak-anak sekalipun.

Para para peserta mendengarkan penjelasan dan menyaksikan sajian kesenian dengan antusias dan bersemangat. Ketika sesi mencoba turut dalam kesenian dibuka, mereka berebut maju untuk dapat mengikuti kesenian tersebut, sampai-sampai narasumber pada kunjungan ini kewalahan untuk memilih peserta. Para peserta diberi kesempatan tersebut dengan tujuan agar mereka dapat benar-benar merasakan dan mempraktekkan kesenian yang ada, supaya menjadi awalan bagi mereka nantinya untuk merasa asik berkesenian, kemudian akan makin merasa memiliki dan mencintainya, dan kelak akan dapat secara berkesinambungan mengembangkannya.

Para remaja cinta budaya ini merupakan anak-anak pilihan, mereka telah melalui tahap seleksi pada tiap provinsi mereka. Semangat yang masih menggebu, energi yang menggelora, dan terarah pada bidang kebudayaan serta tradisi, harus didorong dan diapresiasi, demi kemajuan kebudayaan Indonesia yang dapat saling bertoleransi baik secara internal maupun eksternal, sehingga masyarakat Indonesia kelak akan menjadi masyarakat yang berbudaya. Seperti petuah bijak tokoh dunia, “No culture can live if it attempts to be exclusive” (Mahatma Gandhi), maka mari kita ajak para generasi muda untuk semakin mencintai budaya negeri dan terus menjaga toleransi.

Lestari Budayaku Lestari Negeriku
Salam Budaya

 

(bpw)