Mencicipi Lezatnya Rujak Soto Banyuwangi

0
1892
Rujak Soto Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi, terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, masuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur dan terletak di bagian paling timur. Kabupaten ini merupakan kabupaten terluas di Pulau Jawa yang terbagi menjadi 24 kecamatan. Wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di Timur, Samudra Hindia di Selatan, Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di sebelah barat. Di pesisir Kabupaten Banyuwangi terdapat pelabuhan Ketapang yang merupakan penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Hingga kini Kabupaten Banyuwangi terus berbenah untuk menjadi semakin lebih baik dan semakin maju disegala sektor. Termasuk di dalamnya sektor pariwisata, seni, dan budaya. Untuk mendukung perkembangan sektor pariwisata, Kabupaten Banyuwangi memiliki program andalan yang dikenal dengan B-Fest, singkatan dari Banyuwangi Festival. Banyuwangi Festival merupakan agenda tahunan, dengan jadwal dan tema yang sudah disusun rapi setiap tahunnya. Dengan keragaman dan kekayaan seni budaya serta bentang alam yang memukau, tak salah jika Negeri Blambangan ini mem-branding dirinya dengan sebutan Majestik Banyuwangi.

Berbicara mengenai Banyuwangi tentunya tidak dapat lepas dari keragaman kuliner yang dimilikinya. Salah satunya adalah rujak soto Banyuwangi. Masyarakat Banyuwangi dikenal sebagai masyarakat yang egaliter, terbuka, berani, tegas, jujur, dan apa adanya. Tampaknya hal ini tergambar dalam varian kuliner Banyuwangi. Berani bereksperimen dengan menggabungkan dua jenis masakan menjadi satu. Jika kita mengenal rujak cingur dari Surabaya dan soto dari Lamongan, maka di Banyuwangi kedua masakan tersebut digabungkan menjadi satu dan berjuluk rujak soto. Kuliner ini berasal dan berkembang di Kabupaten Banyuwangi sehingga lambat laun menjadi kuliner khas daerah tersebut.

Sesuai dengan namanya, rujak soto merupakan perpaduan antara rujak sayur dan soto babat. Pada mulanya rujak yang diolah adalah rujak cingur, namun pada perkembangannya, cingur dihilangkan dalam komponen rujak. Sehingga rujak soto adalah rujak sayur yang disiram kuah soto babat berwarna kuning di atasnya. Sejarah siapa pencetus rujak soto memang tidak diketahui secara pasti. Namun tahun kemunculan kuliner rujak soto dipercaya masyarakat Banyuwangi sekitar tahun 1980-an. Salah satu yang menguatkannya adalah, pada tahun 1970-an dimana lagu Banyuwangi yang berjudul “rujak singgol” tengah hits dikalangan masyarakat. Dalam lirik lagu tersebut disebutkan berbagai nama rujak, nama hanya rujak soto yang tidak disebutkan. Lagu rujak singgol menggambarkan, bagaimana masyarakat Banyuwangi memiliki beragam jenis rujak, beberapa diantaranya rujak kecut, rujak gobet, dan rujak sayur dan sebagainya. Salah satu ciri rujak di Jawa Timur adalah penggunaan petis dan pisang klutuk atau pisang batu sebagai bumbu rujaknya.

Petis adalah produk olahan dari hasil laut seperti ikan dan udang. Petis berbeda dengan terasi. Bahan pangan ini berfungsi sebagai penyedap dalam masakan Jawa Timuran. Bentuknya seperti saus yang cukup padat dan kental, berwarna coklat gelap. Tidak sulit mendapatkan petis di Banyuwangi, mengingat Kabupaten ini kaya akan hasil lautnya.

Rasa sepet dari pisang batu menjadikan Rujak Soto tidak hambar serta memiliki cita rasa yang khas.

Bumbu yang tak lazim bagi daerah lain, namun wajib ada dalam olahan rujak di Banyuwangi adalah pisang batu atau sering disebut pisang klutuk oleh masyarakat setempat. Pisang batu memiliki ciri daging buahnya dipenuhi dengan biji. Karena itulah, pisang ini kurang populer untuk disantap langsung. Di Jawa Timur, pisang batu mentah digunakan sebagai bumbu penyedap pada masakan, khususnya rujak uleg. Rasa sepet dari pisang batu memiliki cita rasa yang khas. Bagi masyarakat Banyuwangi, rujak tanpa pisang batu akan terasa hambar.

Selain petis dan pisang batu, bumbu yang dihaluskan untuk membuat rujak dalam olahan rujak soto Banyuwangi adalah kacang tanah yang sudah digoreng, garam, gula merah, terasi, dan cabe rawit. Untuk isian rujaknya digunakan tempe, tahu goreng, tauge, kangkung rebus, telur ayam rebus, mentimun, dan lontong. Lontong adalah olahan makanan terbuat dari beras yang dibungkus dengan daun pisang. Dimasak dengan cara dikukus di atas air mendidih.

Rujak Soto Banyuwangi memiliki rasa asin, gurih, dan pedas yang dihasilkan dari racikan garam, gula jawa, petis, dan cabai.

Soto Jawa Timur berbeda dengan soto Jawa Tengah. Soto Jawa Timur cenderung lebih pekat dan berwarna kuning. Bumbu yang dihaluskan untuk membuat kuah soto yaitu, bawang putih, kunyit, jahe, kemiri ,merica. Selain itu juga dilengkapi batang serai yang dimemarkan, daun jeruk, serta daun bawang. Untuk dagingnya, dipilih daging sapi bagian babat dan jeroan. Semua jenis bahan baku dan bumbu untuk membuat rujak soto mudah didapa dan semuanya tersedia di pasar tradisional.

Tidak dibutuhkan waktu lama untuk menyajikan rujak soto, hanya dalam proses pembuatan sotonya diperlukan waktu sekitar 2 jam agar daging sapi lebih empuk. Proses pembuatan Rujak Soto Banyuwangi dimulai dari mempersiapkan bahan. Mencuci bersih semua bahan dan mengupasnya. Langkah pertama dalam membuat rujak soto adalah menghaluskan bumbu. Sedikit minyak goreng dimasukkan ke dalam penggorengan, ketika minyak sudah cukup panas, bumbu halus digongso dan ditambahkan daun jeruk dan batang serai yang sudah dimemarkan. Bumbu digongso sampai matang, lalu ditambah air. Masukkan daging sapi berupa jeroan dan babat yang sudah direbus terlebih dahulu sebelumnya. Soto akan matang ketika air sudah mendidih dan babat akan menjadi empuk. Sebelum diangkat kuah diberi irisan daun bawang.

Bahan utama untuk membuat Rujak Soto Banyuwangi.

Langkah selanjutnya dalah membuat rujak. Semua bumbu dihaluskan lalu ditambah sedikti air. Jumlah cabe rawit tergantung tingkat kepedasan sesuai dengan pesanan pembeli. Mayoritas masyarakat Banyuwangi menyukai hidangan dengan rasa pedas. Tidak terkecuali rujak soto ini, mereka cenderung lebih menyukai rujak soto yang pedas. Setelah bumbu rujak siap, tahu dan tempe goreng diiris kecil tambahkan irisan lontong, rebusan tauge, sayur kangkung, mentimun yang dicacah kasar, telur rebus yang dibelah dua dan terakhir irisan babat atau jeroan. Untuk menyajikan, rujak sayur dimasukkan kedalam mangkok lalu disiram dengan kuah soto. Terakhir, taburi rujak soto dengan bawang goreng, daun bawang, kerupuk udang, dan emping mlinjo.

Adapun minuman yang sering disandingkan dengan rujak soto adalah es temulawak atau es kacang hijau ala Banyuwangi. Es temulawak yang segar cocok untuk mengimbangi rujak soto yang cenderung pekat. Biasanya rujak soto ketika siang hari atau sore hari. Di Banyuwangi, masyarakat biasanya memilih sarapan nasi sayur atau nasi cawuk di pagi hari. Kemudian ketika warung nasi sayur tutup sekitar pukul 10 siang, makan akan berganti dengan warung-warung rujak yang akan buka hingga sekitar pukul 3 sore. Kemudian di malam hari makanan yang cocok adalah adalah nasi ayam kesrut atau nasi lemang.

Rujak Soto Banyuwangi memiliki rasa khas asin, gurih, dan pedas. Tidak ada banyak perubahan dalam penyajian rujak soto dahulu dan sekarang. Hanya saja saat ini babat bisa divariasi dengan daging sapi. Mengenai rasa dan bumbu masih tetap sama sejak dahulu hingga sekarang. Setiap penjual memiliki takaran bumbu yang berbeda. Mayoritas penjual rujak soto di Banyuwangi merupakan generasi ketiga mewarisi usaha yang telah dirintis oleh orangtua dan kakek nenek mereka.

Beberapa warung rujak soto yang telah berdiri sejak puluhan tahun silam adalah Warung Rujak Soto Bu Is di kampung wisata Temenggungan. Kampung ini dipercaya sebagai kampung tertua di Banyuwangi. Kini warung tersebut telah dikelola oleh generasi ketiga, yaitu oleh ibu Ismiyati. Warung rujak soto lainnya yang cukup populer di Banyuwangi antara lain Pondok Rujak Soto dan Rujak Soto Pak Salim.

Keberadaan rujak soto Banyuwangi dengan sendirinya menambah keberagaman kuliner Nusantara serta mendatangkan manfaat secara nyata bagi masyarakat Banyuwangi. Keunikan rujak soto juga mendatangkan sisi postif terhadap perekonomian masyarakat karena mampu mendatangkan wisatawan untuk berkunjung ke Banyuwangi. Dampak sosial juga terlihat dari kedekatan antarwarga pada perhelatan Festival Rujak Soto Banyuwangi pada tahun 2014. Dalam festival tersebut tidak kurang dari 200 orang berlomba untuk membuat Rujak Soto Banyuwangi dengan rasa terbaik.

Kepopuleran rujak soto tidak perlu diragukan lagi, baik di daerah asalnya maupun di luar Banyuwangi. Rujak soto, bukan hanya sekedar kuliner melainkan makanan yang tercipta dari budaya Banyuwangi yang kaya dan beragam. Makanan merupakan contoh kecil, yang menunjukkan masyarakat Banyuwangi sangat adaptif dan terbuka dengan hal-hal baru.

Video teaser Rujak Soto Banyuwangi: https://www.youtube.com/watch?v=vu3HDku3cUE

Kontributor: Subiyantoro