Mengenal Ajaran Kebo Kenanga dalam Sarasehan dan Pergelaran Macapat

0
1248
Macapatan BPNB DIY

 

 

Yogyakarta, BPNB DIY– Sarasehan dan Pergelaran Macapat dengan tema “Mengenal Tokoh dan Ajaran Kebo Kenanga (Ki Ageng Pengging)” dengan narasumber Drs. Anung Tedjowirawan, M.A. dari Jurusan Sastra Nusantara, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta diselenggarakan di Dalem Jayadipuran, Jl. Brigjen Katamso 139 Yogyakarta diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) D.I. Yogyakarta (28/6/2017). Acara tersebut merupakan gelaran kedua yang dilaksanakan oleh BPNB D.I. Yogyakarta di tahun 2018 ini. Sarasehan dan pergelaran ini dibuka langsung oleh Kepala BPNB D.I. Yogyakarta, Dra. Zaimul Azzah, M.Hum.

Dalam kesempatan ini Drs. Anung Tedjowirawan, M.A. menyampaikan bahasannya mengenai tokoh Ki Ageng Pengging yang populer disebut sebagai Kebo Kenanga. Beliau mengutarakan sisi kehidupan tokoh secara singkat dan juga intisari ajaran dan sikap hidup Kebo Kenanga dalam menjalani kehidupan. Narasumber juga banyak menguraikan bahwa banyak sekali teladan baik dan petuah-petuah bijak yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup bagi generasi saat ini agar tercipta kehidupan yang selaras dan seimbang.

 

 

Selain macapatan, acara juga diisi dengan kesenian karawitan yang menampilkan paguyuban Santi Laras dari Prenggan, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta pimpinan Drs. Trustho, M.Hum. Sebelumnya juga ditampilkan peserta dari hasil Belajar Bersama Maestro (BBM) dengan membawakan beberapa judul tembang macapat.

Kegiatan berlangsung dari pukul 19.30 s.d. 23.00 WIB dengan sambutan yang sangat antusias dari para pandemen macapat dan juga masyarakat luas. Acara malam tersebut dihadiri sekitar 420 orang yang berasal tidak saja dari wilayah Kota Yogyakarta, melainkan juga dari daerah-daerah perdesaan di Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Sleman, dan Gunung Kidul. Satu hal yang cukup menggembirakan dari kegiatan tersebut ialah adanya generasi muda usia sekolah menengah pertama yang turut serta nembang macapat. Hal ini setidaknya menjadi sinyal positif masih ada generasi muda yang peduli dan berkenan nguri-uri kelestarian seni tradisi khususnya macapat sebagai bagian dari budaya adiluhung bangsa ini agar tetap lestari dan berkembang.

 

 

Teks: Subiyantoro
Foto: Bergas PW