Masyarakat Using Di Banyuwangi (Studi Tentang Kehidupan Sosial Budaya)

0
4065

Masyarakat Using Di Banyuwangi (Studi Tentang Kehidupan Sosial Budaya)

Oleh: Siti Munawaroh

 

Penelitian yang berjudul “Masyarakat Using Di Banyuwangi Studi Tentang Kehidupan Sosial Budaya”, dilakukan di Desa Olehsari Kecamatan Glagah. Dipilihnya Desa Olehsari karena desa ini dijadikan Desa Kawasan Wisata Using oleh pemerintah DT II Kabupaten Banyuwangi.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Substansi metode tersebut yaitu mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat dan tatacara yang berlaku pada masyarakat. Sementara data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan data primer dan data sekunder, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.

Hasil yang diperoleh dilapangan bahwa kehidupan sosial budaya masyarakat Using walaupun sudah ada pembangunan, baik itu dibidang pendidikan maupun kesehatan ternyata mereka masih memperlihatkan keasliannya yakni sebagain besar menggantungkan hidupnya disektor pertanian dengan teknologi tradisional. Tanah dan rumah masih mempunyai nilai yang tinggi untuk sebagai warisan bagi anak-anaknya kelak. Selain itu, sebagain besar (99%) masyarakatnya pemeluk agama Islam yang taat, namun begitu tidak menggusur tradisi yang sudah ada sebelumnya. Hal ini karena masyarakat Using telah memiliki kepercayaan baik yang bersifat animistis maupun dinamistis. Mereka juga mengakui dan mempercayai adanya dewa-dewa, roh alam gaib, maupun jiwa dengan kekuatan gaib yang menguasai alam semesta. Begitu juga dalam upacara atau selamatan semua peristiwa penting yang menyangkut kehidupan manusia secara individu tidak mereka tinggalkan.

Mengenai bahasa atau dialek yang dipakai sehari-hari dalam interaksi sosial adalah dialek Using. Dari pengamatan maupun wawancara dengan informan, dialek bahasa Using tidak mengenal hirarki bahasa, juga tidak mengenal tingkat tutur yang mengacu pada aspek stratifikasi sosial yang berlapis. Masyarakat Using hanya mengenal santun bahasa terhadap lawan tutur yang sederajat dengan penggunaan diksi yang mencerminkan rasa hormat vertikal yaitu mertua dan orang tua yang sudah menunaikan haji.

Dalam sistem kekerabatan, prinsip keturunan yang berlaku adalah seperti masyarakat Jawa pada umumnya yakni bilateral. Prinsip ini memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan ayah maupun garis keturunan ibu.

Selengkapnya: Patra-Widya, Vol. 5 No. 4, Desember 2004.