Masyarakat Majemuk di Lasem, Warisan Sejarah Sebelum Masa Kemerdekaan

0
1391
Masyarakat Majemuk di Lasem, Warisan Sejarah Sebelum Masa Kemerdekaan
Pemukiman Lasem sebelum Abad XVI

 

 

BPNB DIY, Maret 2019 – Kebudayaan merupakan sebuah integrasi yang bersumber pada sifat adaptif. Fakta yang menunjukkan bahwa kebudayaan-kebudayaan cenderung berintegrasi dapat dilihat dengan banyaknya kebudayaan yang unsur – unsurnya selaras satu dengan lainnya. Mustahil bagi kelompok masyarakat secara kolektif mempertahankan hal-hal yang saling bertentangan. Indonesia merupakan negara yang memiliki kebudayaan yang beragam. Masyarakatnya pun bersifat majemuk. Multietnik yang dimiliki Indonesia ini dapat berpotensi menimbulkan masalah seperti perbedaan, persaingan, dan tidak jarang pula dapat mengakibatkan adanya pertikaian antar etnik yang tentunya dapat mengancam keutuhan dan kesatuan. Namun begitu, keberagaman yang ada juga dapat terjalin dalam sebuah harmoni yang indah seperti sebuah mozaik budaya yang terangkum dalam bingkai kesatuan. Masyarakat majemuk ini merupakan warisan sejarah yang telah ada sejak sebelum masa kemerdekaan. Dengan kata lain Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak ragam sejarah kebudayaan. Hal ini menandakan bahwa kebudayaan – kebudayaan yang ada dapat saling berintegrasi di dalam suatu wilayah.

Salah satu daerah yang memiliki keragaman etnik dan tumbuh dalam suasana saling mengakomodasi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya adalah Lasem. Lasem merupakan refleksi perpaduan kebudayaan Arab, Cina (Penyebutan  Cina  dan  Tionghoa  akan  dipakai  secara  bergantian  sesuai  konteks.  Penyebutan  itu mengacu pada orang, komunitas ataupun etnis yang mengacu kepada budaya Tiongkok) dan pribumi yang dapat berjalan dengan selaras. Di Lasem tumbuh sebuah pusat permukiman orang Cina yakni di daerah Dasun, Babagan dan Karangturi. Pecinan dengan segala atributnya (arsitektur tempat tinggal, kelenteng) mewarnai wajah pusat Kecamatan Lasem. Banyaknya arsitektur dan tradisi Cina yang tampak di Lasem menjadikan daerah tersebut mendapat julukan “Tiongkok kecil”. Di samping itu Lasem juga  menjadi  salah  satu  simpul  jaringan  penyebaran  agama  Islam yang tampak dari kehadiran pesantren-pesantren. Pesantren-pesantren tersebut  membawa  adat  tradisi  yang  memiliki  unsur  budaya Arab, seperti acara haul dan manakib.

Pada waktu itu terdapat jaringan Muslim Cina yang kuat berkembang pada abad kelima belas di Asia Tenggara. Jaringan ini bisa berkembang  pesat di bawah naungan Zheng He/Ceng Ho. Ceng Ho berhasil mendirikan komunitas Muslim pertama di Kukang (Palembang), Sambas (Kalimantan), Gresik, Tuban, Jaratan, Lasem, Semarang, Cirebon, Ancol (Jakarta), Mojokerto. Para pengikut Ceng Ho/Zheng He yang berada di Lasem kemudian menetap di perkampungan yang kini menjadi Kampung Pecinan. Jaringan Tiongkok Muslim mampu bertahan sampai sekitar tahun 1450, ketika kontak dengan Tiongkok hilang, dan perpecahan masyarakat Cina Muslim, beberapa meninggalkan Islam dan mengubah masjid menjadi kuil, sementara yang lain tetap Muslim tetapi melebur menjadi Jawa.

Hal-hal yang disebutkan di atas membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan etnik maupun budaya. Dari salah satu wilayahnya saja (Lasem) kita dapat melihat, keberagaman tersebut dapat terus ada hingga masa sekarang. Perbedaan adalah suatu keniscayaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Toleransi dan tepa selira harus terus dipupuk dan dijaga agar selalu terwujud sebuah harmoni dalam keberagaman.

 

Lestari Budayaku Lestari Negeriku,
Salam Budaya ??

 

sumber : buku “Akulturasi Lintas Zaman di Lasem” (Penerbit : BPNB D.I. Yogyakarta)
(bpw)