Kunjungan Mas Menteri ke BPNB D.I. Yogyakarta

0
666
kunjungan mas menteri pendidikan dan kebudayaan

 

 

BPNB DIY, November 2019 – Senin di akhir pertengahan bulan ini, 18 November 2019, BPNB D.I. Yogyakarta menerima kunjungan kerja dari Mas Menteri (Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A.), yang beberapa waktu yang lalu baru saja dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru. Kunjungan ini juga merupakan agenda dari program 100 hari kerja beliau. Sesuai jadwal yang diberikan, sekitar pukul 15.30 WIB, beliau tiba di Dalem Jayadipuran.

Membuka acara, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) D.i. Yogyakarta, Dra. Dwi Ratna Nurhajarini, M.Hum., memberikan ucapan selamat datang kepada Mas Menteri dan juga para tamu undangan. Beliau turut pula menjelaskan tugas dan fungsi dari Balai, diantara ampuan Balai melakukan tugas dari lima direktorat-direktorat yang ada di lingkungan Ditjen Kebudayaan. Tamu undangan yang hadir, berjumlah 20 orang. Mereka adalah para seniman dan budayawan yang berasal dari wilayah DIY dan sekitarnya.

 

 

Kemudian acara diskusi dimulai, dengan diawali oleh Mas Menteri yang memberikan pernyataan bahwa selama ini kesejahteraan para seniman dan budayawan masih kalah bila dibandingkan dengan negara di luar negeri, dan kebudayaan masih dirasa kurang baik dalam penggarapannya. Beliau jg menyampaikan hasil observasi dari perbincangan beliau dengan para budayawan dan seniman sebelumnya. Beberapa diantaranya adalah peran nyata kementerian yang masih belum jelas; apa obyek dan arah yang akan dituju; masih belum fokus kepada sisi penikmat atau pemirsanya; masih banyak sekat-sekat yang malah mempersulit mencapai tujuan yang diharapkan; serta belum ada paradigma baru dalam pengelolaan kebudayaan yang berinovasi untuk menggaet cinta pemirsanya, menemukan pasarnya, yang secara langsung akan menggerakkan roda industri, sehingga supply dan demand akan terjaga.

Dinamis adalah kata yang sesuai dengan acara ini. Secara bergantian beberapa seniman dan budayawan mengatakan hal-hal yang terjadi selama ini sekaligus dengan rekomendasi mereka kira-kira apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah, khususnya Kemendikbud yang membidangi masalah kebudayaan di Indonesia. Beberapa yang mereka sampaikan di antaranya adalah diperlukannya pembenahan SDM (Sumber Daya Manusia) di bidang kebudayaan; profesionalisme pengelolaan seni pertunjukan; perlunya ruang publik untuk anak sebagai penyaluran ekspresi; perlu adanya kerjasama yang baik antara manajer profesional dengan para seniman; tujuan kebudayaan dan cetak biru kebudayaan kita belum jelas; serta jaminan-jaminan tertentu seperti jaminan kesehatan dan jaminan pendidikan bagi seniman dan keluarganya.

Acara ini berlangsung hingga sekitar pukul lima sore. Seniman dan budayawan yang mengikuti acara ini di antaranya adalah, KPH. Notonegoro (Pengageng Kridho Mardowo); Dr. Mikke Susanto, M.A. (Kurator Seni Lukis); Ismail Basbeth (Sutradara/Penulis/Aktor); Wisben Antoro (Seni Peran/Komedian); Dr. Kuswarsantyo, M.Hum (Seni Tari); Bondan Nusantara (Seni Peran/Kethoprak); Prof. Dr. Kasidi Hadiprayitno, M.Hum (Dalang); Dina Trinil (Seni Peran/Komedian); Dr. KRT. Sunaryadi Maharsiwo, SST, MSn. (Seni Tari); Mari S. Condronegoro (Seni Batik); Pardiman Djoyonegoro (Seni Musik Tradisional); Sumisih Yuningsih (Seni Peran/Komedian); Marwoto (Seni Peran/Komedian); Yusman (Seni Patung); Jemek Supardi (Pantomim/Teater); Marsudi Wiyono (Seni Peran/Komedian); Suwarno Wisetrotomo (Seni Grafis); Dr. Martinus Miroto, M.F.A. (Seni Tari); Branjang Pamadi (Dalang Muda).