Ekspresi Budaya Spiritual Dalam Rangka Ketahanan Budaya Lokal

0
3775
DirKepercayaan-SBS14
Dra. Sri Hartini, M.Si., Direktur Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Ditjen Kebudayaan, KemDikBud, didamping Dra. Christriyati Ariani, M.Hum., Kepala BPNB Yogyakarta, memberi pengarahan pada Sarasehan Budaya Spiritual DIY.

Yogyakarta, 24 Juni 2014 – Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan Sarasehan Budaya Spiritual Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 24 – 25 Juni 2014, bertempat di The Grand Palace Hotel, Jalan Mangkuyudan No. 32, Yogyakarta.  Kegiatan Sarasehan ini mengambil tema “Ekspresi Budaya Spiritual Dalam Rangka Ketahanan Budaya Lokal”, bertujuan untuk:

  • Memperkenalkan budaya spiritual sebagai cerminan budaya lokal dan warisan budaya Bangsa Indonesia.
  • Membangun nilai-nilai spiritual dan memberikan apresiasi kepada generasi muda untuk menciptakan ketahanan budaya.
  • Memberikan ruang bagi setiap organisasi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk merepresikan diri dalam rangka ketahanan budaya lokal.

Acara Sarasehan Budaya Siritual dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang diwakili oleh Sekretaris Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, M. Guntari, SH., dalam kata sambutannya menyatakan bahwa budaya spiritual sebagai bagian dari kebudayaan Bangsa Indonesia, memiliki nilai-nilai luhur yang perlu dipahami sebagai wahana untuk melakukan mawas diri untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa juga sebagai wahana untuk meningkatkan budi pekerti yang luhur. Budaya spiritual sesungguhnya juga merupakan salah satu identitas budaya Bangsa Indonesia. Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bukanlah agama dan juga bukan merupakan agama baru, tetapi merupakan budaya spiritual yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional karena merupakan warisan budaya dan kekayaan rokhaniah warga masyarakat Indonesia. Kepercyaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan budaya spiritual yang sarat akan ajaran moral/budi pekerti, dalam budaya spiritual terkandung nilai-nilai luhur serta norma-norma yang ditaati oleh masyarakat pendukungnya. Sedangkan budaya lokal merupakan nilai-nilai lokal hasil budidaya masyarakat suatu daerah yang terbentukk secara alami melalui proses belajar. Dalam menghadapi budaya global dimana diperlukan upaya yang sungguh-sungguh sehingga budaya lokal tetap eksis dan lestari. Oleh karena itu ekspresi budaya spiritual merupakan ujud untuk memperkuat ketahanan budaya lokal tersebut.

Pembukaan-SBS14
M. Guntari, SH., Sekretaris Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, mewakili Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, membuka acara Sarasehan Budaya Spiritual DIY

Sementara itu Direktur Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dra. Sri Hartini, M.Si., dalam pengarahannya menyatakan bahwa Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu akar dari keberadaan dan perkembangan kebudayaan spiritual di Indonesia, yang hingga kini masih hidup dan dijalani oleh sebagian warga negara Indonesia. Berbagai ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dijadikan acuan atau pedoman berperilaku bagi para Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada kesempatan ini Direktur menghimbau dan mengajak seluruh pihak terutama generasi muda untuk berperan aktif baik di tingkat nasional maupun internasional dalam:

  • Meningkatkan dan mengembangan pemahaman mengenai budaya spiritual dikalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan Bangsa Indonesia.
  • Membangkitkan kembali semangat kebudayaan nasional dan nilai-nilai luhur bangsa melalui berbagai media, seperti melalui jaringan internet dan sosial media lainnya.
  • Mendorong kesadaran masyarakat untuk merespon arus budaya asing yang baik.
  • Memperkuat dan mempertahankan jati diri bangsa dengan bersikap bijaksana dalam menerima perubahan dan menghadapi perkembangan arus globalisasi yang didasarkan pada nilai-nilai luhur dan tata laku bangsa.

Dalam kegiatan ini dihadirkan 10 orang narasumber yang terdiri atas: akademisi, praktisi, budayawan, rohaniwan, penghayat kepercayaan dan pemerintah. Adapun para narasumber dan judul makalahnya sebagai berikut:

  • Budaya Spiritual dan Budaya Lokal, oleh Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, MA (Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta)
  • Budaya spiritual Sebagai Warisan Budaya Asli Indonesia, oleh Dr. Lono Lastoro Simatupang (Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta)
  • Membangun Nilai-nilai Spiritual untuk Menciptakan Ketahanan Budaya, oleh Ir. Yuwono Sri Suwito, MM. (Budayawan)
  • Apresiasi Generasi Muda Terhadap Budaya Spiritual, oleh Drs. A. Aryo Salugu, MA. (Paguyuban Ciptoning Mintorogo)
  • Memahami Realitas Spiritual Dalam Masyarakat, oleh KH. Abdul Muhaimin (Rohaniwan)
  • Peran Pemerintah Dalam Pembinaan Budaya Spiritual, oleh Drs. Agus Amarulloh, MA. (Dinas Kebudayaan Provinsi DIY)
  • Ekspresi Budaya spiritual Dalam Era Global Pada Organisasi Penghayat “A.S.K”, oleh Dominicus Martinus Bambang Eko Prihanto (Paguyuban Angesthi Sampurnaning Kautaman)
  • Ajaran Budaya Spiritual Paguyban “Bimo Suci”, oleh Thukul (Paguyuban Bimo Suci)
  • Ajaran Nilai-nilai Luhur Budaya Spiritual, oleh M. Hardjo Soedarjono, SH., M.Kn (Paguyuban Sukoreno)
  • Ekspresi Generasi Muda Penghayat Dalam Rangka Membentuk Ketahanan Budaya Lokal, oleh Mardiyuwono (Paguyuban Sumarah Purbo).
Peserta-SBS14
Peserta Sarasehan Budaya Spiritual DIY

Peserta Sarasehan Budaya Spiritual berjumlah 100 orang yang berasal dari: siswa SMA/SMK dan sederajat, mahasiswa, guru, karangtaruna, LSM, tokoh masyarakat, budayawan/praktisi, penghayat kepercayaan, pers dan instansi terkait. (ps)