Manado – Ras Austronesia memiliki daerah sebaran penutur terluas di dunia. Balai Arkeologi memaparkan persebaran budaya penutur Austronesia di kawasan Sulut khususnya Talaud berdasarkan hasil dari riset tahun 2019. Paparan ini disampaikan dalam seminar hasil penelitian Balai Arkeologi Suluttenggo yang berlangsung di hotel Aston Manado (13/12).
Kepala Balai Arkeologi Manado Wuri Handoko menjelaskan bagaimana perhatian akan penutur Austronesia sangat penting di Sulut mengingat daerah ini sebagai pintu gerbang masuknya ras Austronesia di Nusantara. Lebih dari itu bagaimana hasil-hasil penelitian Arkeologi bisa bermanfaat bagi pembangunan masyarakat saat ini.
Peneliti Arkeologi Ipak Fahriani yang mempresentasikan hasil penelitian tersebut menjelaskan banyaknya tinggalan-tinggalan arkeologi berhubungan dengan Austronesia di kepualaun Talaud baik di pulau Karakelang, pulau Salibabu dan pulau Karakelang.
Menurut Ipak Fahriani, kepulauan Talaud adalah persinggahan sementara para migran dari utara dalam konsep out of Taiwan.
“Sebelum meneruskan perjalanan ke wilayah lain dan sebagian menetap membentuk komunitas-komunitas budaya lokal. Mereka bercampur dengan pemukim yang ada lebih dulu”, ujar Ipak dalam presentasinya yang dimoderasi oleh Ulla Aziz.
Pada kesempatan lain, Antropolog Alex Ulaen yang tampil sebagai pembanding mengajukan kolaborasi peneliti Arkeologi di BALAR, peneliti Antropologi di BPNB, peneliti bahasa di Balai Bahasa. Agar melihat persebaran Austronesia dengan terpadu dan lebih mendalam. Apalagi mengkaji kawasan Talaud yang menyimpan banyak hal menarik menyangkut Autronesia, dimana daerah ini sebagai lintasan niaga sejak lampau . (Pen).