PERLAWANAN TERHADAP IMPEREALISME JEPANG DI BOLAANG MONGONDOW

Api perang Asia timur raya mulai di kobarkan jepang dengan menyerbu Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941 (waktu Pearl Harbor) atau tanggal 8 Desember 1941 (waktu Indonesia, kira-kira jam 01.40 pagi Jakarta).

Indonesia segera di serbu Jepang dengan tanggasnya di awal tahun 1942, sesuai data kongkrit dan terpercaya, bahwa jepang mula-mula menyerang pulau tarakan di Kalimantan sebagai kota minyak dan jatuh seketika itu ke tangan jepang pada tanggal 11 Januari 1942, kemudian Jepang menyerang Manado pada tanggal 17 Januari 1942 selanjutnya sulawesi Utara dan akhirnya seluruh Indonesia di duduki Jepang. Drama menarik pada pertengahan abad XX itu berkenan dengan bertamunya ‘Dai Nippon’ di Indonesia berakhir dengan menyerah tampa syarat (unconditional surrander) kepada JepangJendral Tar Poorten Panglima tertinggi angkatan daratsekutu di Jawa tanggal 9 Maret 1942. Tuan Besar gubernur Jendral hindia belanda Jhr.Mr.A.w.l.Tjarda van Starkenborgh Stachhouwer dan pembesar-pembesar lainya di tawan dan di bawa ke luar Jawa.

Jawa, Madura dan Sumatera dikuasai oleh pemerintahan angkatan darat (Rikugun), sedangkan Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku sampai Irian dikuasai oleh pemerintahan angkatan laut (Kaigun), yang berpusat di Makasar. Koordinasi pemerintahan keseluruhan untuk Asia Tenggara di pusatkan di Saigon. (Di sebut Nippon Gun) di bawah tanggung jawab seorang panglima besar Jepang.

Khusus Sulawesi Utara (keresidenan manado sebelum tahun 1942 pemerintahanya dirangkap oleh komandan Kai gun Sulawesi Utara yang disebut  ‘Syucosyuco’, lalu menjadi Sibuco (1942) dan Syiciji (1943).

Di Bolaang Mongondow, terdapat bolaang Mongondow Succo yang di bentuk oleh letnan udara Heriuti dan raja-raja yang ada dalam lingkungan Bolaang Mongondow Succo, ialah Ram Suit Pontoh (Kaidipang) Muhamad Taraju Datungsolang (Bintauna), Arie Van Gobel (Molibagu/Bolaang Uki) Henny Jusuf Cornelia Manopo (Bolaang Mongondow) dan Muhamad Tarungku (buol). Mereka semuanya datang di Langowan Minahasa dan menyerahkan semua kekuasaan kepada Jepang (Jendral Mori) segala sesuatu yang ada hubungannya kepangkatan sebagai raja, seperti bintang jasa, pakaian kebesaran dan dokumen-dokumen penting lainya bintang jasa ‘oranye Van Massau’ 2 buah milik Raja Ram suit Pontoh turut serta diserahkan.raja-raja itu kembali ke tempat masing-masing sbagai kepala Pemerintahan di bawah Kuasa dan pengawasan Jepang.

Di kerajaan Kaidipang Besar pimpinan pemerintahannya berganti nama yaitu raja R.S.Pontoh menjadi succo, jogugu (Hassan Rum Pontoh) menjadi gunco, Marsaoleh (Simon manggu pontoh) di Bolaang Itang dan laoh Donggala Korompot di Kaidipang menjadi huku gunco, wakil raja  atau raja muda (Johan Ram Pontoh) menjadi Huku suco dan sangadi atau Sonco ialah Butaye (Poha dan jurutulis Desa).

Sonco mengkoordinir Bogodan (pertahanan Rakyat) yang terdiri  dari keybodan (Barisan rakyat). Seinendan (Barisan Pemuda). Seinentai (Barisan Anak Sekolah). Dan Fujinksi (Barisan wanita). Kelihatanya titik berat kegiatan adalah urusan pertahanan sebab memang dimasa peperangan.

Sebagai tambahan atau pelengkap berikut ini akan dapat dilihat nama-nama para sonco/sangadi pada masa Jepang di wilayah Kerajaan Kaidipang Besar, Sbb:

  • Bolaang Itaang : Pontoh Jeremiah (bolaang Itaang), Taju usup (Talaga), Abidin Soput Lauma (Tomoagu), H.S.Babai (Jambusarang), U.Talibo (Sonuo), Monoarfa Olil (Ollot), Panju Pontoh (Paku), Sira Nani (langi), Abubakar Abu Edo pontoh (Iyok), Kader Timumu (Tote), Midi masuara (Wakat), Winowi Pontoh (Nunuka), Ambu Edo L Pontoh (Saleo), M.Talibo (Bohabak), Madu jam Pattilima (Binjeita), Peapi Pontoh (Biontong) : khusus desa talaga sebagai sonco mula-mula adalah Pore Usup 1927-1943 sebelumnya adalah jurutulis diatrik Bolaang Itaang 1918-1927 lalu diganti oleh anaknya bernama Taju Usup 1943-1950.
  • Kaidipang : Tonggi h. Pattajenu (Boroko), Linugu (Kuala), Tempi (Bigo), Maud Mokodompis (Pontak), Suradin Atongia (Inomunga), Jakobus (Kemus), Bulano Buhang (Tuntung), Mai Ahmad (Delapuli), bongou Monde (buko), D.Dumbela/Mai Jame (Tontulow), dan Dulah Papeo (Kayuogu).

Mula-mula sikap saudara tua jepang setiba di kaidipang sebagaimana halnya tiba di tempat lain, sangat baik dan mengambil hati, tetapi lama-kelamaan sakitnya tamparang senantiasa mendering di pipi mulai terasa di mana-mana. Tokoh-tokoh pemerintah dan militer jepang yang berkuasa di Kaidipang dan bolaang itang antara lain yaitu : (polisi) Murikawa, Matsuda, Kaiku, Kuma, Jamastha, Okamoto, Hasimoto, Takahasi, dan lain-lain semuanya dikenal baik oleh penduduk dan tak terlupakan kekejaman mereka, dan yang paling dikenal oleh rakyat karena kekejamanya ialah matsuda dan Okamoto karena keduanya adalah pemimpin pemerintahan Takahasi adalah kampetai (Polisi Militer) yang menjelang kekalahan Jepang kedapatan membunuh diri (Harakiri) dimenara lanuan Boroko (di tempat yang bernama Botu Pinaguto) dan mayatnya ditemukan oleh huku Suco Johan Ram Pontoh.

Jalanya Perlawanan

Pada saat beradanya Jepang di Kaidipang maka seluruh kegiatan dari berbagai sektor kehidupan di Jepangkan. Nihon-go (Bahasa Jepang) dengan tulisannya yang terkenal ‘Katakana, Hiragana dan Kan-Ji’ di wajibkan bagi setiap orang terutama pegawai, pemuda dan anak sekolah, bahasa Belanda dilarang keras pemakaiannya  dan kalau didapati gambar dari ratu Wehelmina dan keluarganya dari seseorang maka akibatnya tidak dapat dibayangkan. Mata uang Belanda tidak pernah kelihatan lagi, demikian juga hal-hal lainya, semuanya di ganti dengan ‘Jepang’.

Pada waktu itu kebutuhan peperangan dan pertahanan di utamakan, maka dibentuklah sarana-sarana pertahanan berupa Heiho (Tentara Rakyat), keibodan (Barisan Rakyat), Seinendan (Barisan Pemuda), Seinentai (Barisan Anak Sekolah), Fujintai (Barisan Wanita) dan lain sebagainya. Selalu diadakan Kinrohosi (Kerja Bakti) dengan mengangkut rakyat ke tempat tertentu menjadi Romusha (Pekerja Paksa) dan di pekerjakan pada obyek-obyek penting untuk pertahanan antara lain jalan raya dari Inobonto-Kaidipang-Gorontalo, lapangan terbang di Gorontalo, pembuatan jembatan darurat, pelabuhan laut di labuan oki, membuat benteng/kubu pertahanan di Sompiro (Kec. Sangtombolang sekarang) serta obyek-obyek lainya. Tidak seorang pun yang luput dari tugas ini, kalau melawan dengan berbagai dalih maka imbalannya adalah terpisahnya kepala dari badan dengan cara yang sangat kejam (di bantai dengan pedang samurai). Seorang yang dituduh atau dianggap mata-mata Sekutu baik ada kebenaranya ataupun hanya fitnah karena dendam, maka ditanam hidup-hidup atau batang lehernya di tatak dengan pedang. Tidaklah mengherankan kalau rakyat mengikuti perintah bukan dengan keinsyafan tetapi dengan dendam yang menyala-yala.

Masih segar dalam ingatan takala ribuan penduduk sedang bekerja di benteng Sompiro dengan tiba-tiba diserang sekutu dari udara menyebabkan ribuan penduduk tewas, diantaranya puluhan penduduk dari Kaidipang Besar.

Lagu-lagu propaganda dan pembangkit semangat kerja seperti ‘awaslah Inggris dan amerika’, ‘Bekerja-bekerja’ serta lagu-lagu khas jepang ‘Masiroki Fuji-no’, Miyato’o’ka’ino’Momotarosan’ terdengar dimana-mana apalagi lagu kebangsaan ‘Kimigayo’.

Pagi-pagi sebelum masuk sekolah atau kantor, wajib senam pagi. Setiap tanggal 8 Desember di adakan upacara menghormati ‘Hinomaru’ (Bendera Jepang) dengan cara Seikerei (sujud 90 derajat ke arah matahari terbit (Tokyo Jepang sambil menghormati keagungan Tenno Heika (Kaisar Jepang Amaterasu Omikami-Dewa Matahari), Dapat pula di tambahkan bahwa menjelang paruh kedua pemerintahan jepang selalu di adakan aksi pemadaman lampu di waktu malam menyebabkan sangat gelapnya negeri di waktu malam, setiap rumah harus membuat lubang perlindungan dan apabila mendengar Hikoki (pesawat terbang) segera ke lubang perlindungan itu. Dibidang kesejahtraan rakyat turut pula menjadi perhatian. Maka didirikanlah Nantaibo (perusahaan perkapasan) dan Taindo (perusahaan perikanan), keduanya dipimpin oleh Matsuda kemudian diganti oleh kaku : Nantaku (urusan kehewanan) di pimpin oleh Kaku yang berwilayah sampai di Bintauna. Setiap rumah tangga di haruskan berkebun dengan menanam Padi dan tanaman sambilannya. Dianjurkan juga menanam jarak yang buahnya di buat lampu dan minyak, yute dan tanaman penting lainya. Dengan demikian makanan berlimpah hanya pakaian yang amat sulit sehingga ada rakyat yang sampai memakai karung. Untuk itu diharuskan menanam kapas yang dibuat benang dan di tenun menjadi kain. Dimana-mana kelihatan rakyat menenun dengan bunyi alatnya yang unik dan penuh kenangan pahit itu, sehingga alat tenun rakyat yang sifatnya tradisional itu sangat terkenal di masa Jepang. Kalau ketiadaan benang dapat diganti dengan serat nenas. Keharusan bagi anak sekolah untuk mengumpulkan biji Mosa (sejenis rumput menjalar yang berduri). Ketiadaan sabun di ganti dengan membuat sabun dari minyak Kelapa abu daun dan pelepah kelapa. Obat-obatan semata-mata berasal dari tumbuhan asli yang terdapat di mana-mana seperti Kumis Kucing, Ketumbar, Kaki-kuda dan lain-lain.

Rakyat menjadi rajin berdisiplin keras. Pengalaman masa jepang dengan segala suka-dukanya sangat besar manfaatnya terutama orang-orang yang hidup di masa itu.

Tahun 1945 posisi Jepang dalam perang Asia Timur Raya mulai terjepit yang bermula dengan gugurnya arsitek serangan atas pearl Harbour Laksamana Yamamoto yang mengoncangkan moril bala tentara Jepang. Disana-sini Jepang mengalami kekalahan Untuk mempercepat peperangan, Amerika serikat menjatuhkan bom atom di Hirosima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945 di Nagasaki mengalami nasib yang sama. Hirohito kaisar jepang harus memilih jalan menyerah. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Dai Nippon Taikoku menyerah kepada Amerika Serikat tampa syarat.

Pada saat jepang masuk di wilayah Bolaang mongondow pada tahun 1943 di mana pendaratannya bermula di beberapa tempat mula-mula di Inobonto-Lolak-Bolaang-Kotabunan dan Modoinding. Maksud kedatangan mereka yaitu tidak lain untuk menjajah dan menguasai daerah Bolaang Mongondow pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Bangsa jepang pada waktu itu membujuk rakyat dengan berbagai cara dan mengatakan bahwa Jepang mau menjalin hubungan persahabatan Asia Timur Raya dan meyakinkan rakyat bahwa Jepang adalah sebagai kakak dan bangsa indonesia sebagai adik, dan itulah sebabnya Jepang berusaha menguasainya.

Jepang datang ke daerah Bolaang Mongondow oleh karena mereka sudah terkepung di daerah minahasa dimana pada waktu itu rakyat Minahasa sudah menyatakan perlawanan terhadap Jepang. Keadaan rakyat pada waktu itu dalam keadaan panik, mereka tidak dapat berbuat apa-apa hanya melaksanakan sesuatu yang diperintahkan oleh Jepang. Pada waktu itu rakyat Bolaang Mongondow tidak dapat melawan dan dapat melakukan perlawanan yang ketat, karena pada waktu itu jepang mempunyai peralatan perang yang lengkap.

Rakyat di paksa untuk bekerja paksa (romusha) dan melakukan bercocok tanam di daerah Lolak dimana hasilnya bukan untuk rakyat tetapi untuk Jepang sendiri. Saat bersamaan pula jepang mendirikan sebuah sekolah pertanian (Nomin Renseisho) yang dikepalai oleh oarang jepang sendiribernama Seikikan san. Disamping itu ia juga menjabat sebagai kepala pemerintahan setempat (Bunkenkan-Rinkan). Dalam jarak waktu yang relatif singkat operasi sekolah tersebut maka di bom oleh sekutu.

Dilain pihak, tampa sepengetahuan Jepang, maka rakyat Bolaang Mongondow telah membentuk satu gerakan yang di sebut ‘Gerakan Layskar Banteng’ dimana dalam kelompok tersebut terdapat banyak orang-orang penting seperti guru-guru dan pemuda yang disponsori oleh R.A.Hardjodiwirdjo. sedangkan yang memimpin pasukan laskar tersebut adalah Abdul Rahman Mokobombang serta beberapa teman lainya, laskar tersebut beranggotakan sekitar 100 orang, yang dibentuk atas kesepakatan bersama dengan tujuan untuk membentuk kemerdekaan dan merampas senjata serta berbagai alat perang Jepang dan kemudian menyimpanya dibawah tanah (di tanam). Laskar tersebut di bentuk didesa Molinow dan Tonayan dimana terdapat 27 Guru yang dikirim dari pulau Jawa untuk bergabung dengan laskar tersebut salah-satunya adalah R.A.Hardjodiwirdjo .

Setelah semua persiapan dilakukan maka kelompok laskar mulai bergerak ke daerah Inobonto sebagai basis Jepang dengan menumpangi kendaraan Belanda, Laskar yang bernama Banteng itu menuju ke daerah Inobonto tidak secara sekaligus, melainkan dalam kelompok-kelompok kecil dan kemudian digabung menjadi satu setelah semuanya berada di Inobonto.

Selanjutnya, menjelang pagi (subuh) laskar Banteng menyerang kapal-kapal jepang yang berlabuh di pelabuhan Inobonto dimana awaknya dalam keadaan tidur, semua senjata yang berada di atas kapal serta di asrama-asrama yang ada di darat di rampas oleh laskar banteng, sebab pada waktu itu jepang telah terkepung dan tidak dapat berbuat apa-apa. Dan setelah semua senjata sebagai hasil rampasan itu terkumpul maka segera di bawa ke daerah pingiran desa Inobonto dan di tanam semuanya.

Bersamaan dengan peristiwa tersebut, telah terdengar melalaui siaran-siaran radio maupun mas media lainya bahwa jepang telah kalah dalam peperangan di Asia Timur Raya karena kota Nagasaki dan Hirosima telah di bom oleh pasukan Sekutu. Dan tidak lama lagi Jepang yang berada Inobonto meningalkan pelabuhan menuju Jakarta kemudian ke Jepang. Sedangkan rakyat Inobonto dan sekitarnya yang berada di Bolaang Mongondow merasa lega karena bangsa Jepang telah angkat kaki meningalkan Indonesia tampa syarat dan beberapa hari kemudian Indonesia menyatakan merdeka dan berdaulat penuh, sebagaimana negara-negara lainya yang berada di dunia.

Situasi sesudah Perlawanannya.

Setelah Jepang meningalkan wilayah Bolaang Mongondow dan rakyat Indonesia telah hidup dalam alam kemerdekaanmaka kehidupan rakyat mulai dibenahi. Dimana pengalaman-pengalaman yang didapat selama Jepang menjajah dan memberikan petunjuk-petunjuk maka mereka praktek dalam kehidupan sehari-hari yang diangap membangun bangsa. Dan bilamana terdapat hal-hal yang menghambat pembangunan makja hal itu segera di tingalkan. Di lain pihak rakyat masih mengunakan sarana perlengkapan yang di tingalkan oleh bangsa Jepang untuk sesuatu keperluan seperti antara lain, sarana transportasi darat, Laut, Dermaga,Rumah ataupun asrama dan lain sebagainya.

Situasi kehidupan masyarakat di mulai dengan membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian, Peternakan, Perikanan dan lain sebagainya. Semua kegiatan itu dilakukan dengan hati dan pikiran yang tenang serta dapat memikirkan untuk generasi yang akan datang dalam mengisi kemerdekaan.

Dari segi pemerintahan yaitu dimulainya perubahan-perubahanseperlunya mulai dari tingkat Desa, Kecamatan, Dati II dan I maupun sampai ketingkat pusat yang lebih tinggi. Dimana perkembangan politik mulai stabil yang semuanya dimonitor oleh pemerintah Indonesia sendiri tampa ada campur tangan dari pihak luar. Walaupun hal ini tidaklah sebagaimana sekarang ini namun tata pemerintahan dan politik Indonesia mulai terjamin. Kehidupan rakyat mulai secara berangsur-angsur di perbaiki dan di tingkatkan untuk menuju kesejahtraan. Dan para pejuang kemerdekaan mulai diperhatikan dan diberikan tanda-tanda jasa oleh pemerintah Republik Indonesia sampai dengan sekarang ini. Baik di masa orde lama maupun orde baru setiap generasi senantiasa di tuntut untuk membangun di berbagai sektor pembangunan dalam mengisi kemerdekaan ini.