You are currently viewing Buku : Membangun Perkotaan Baru Das-Tondano Minahasa Utara di Atas Kobong Kelapa, Sebagai Wilayah Pra Urban dari Kota Manado

Buku : Membangun Perkotaan Baru Das-Tondano Minahasa Utara di Atas Kobong Kelapa, Sebagai Wilayah Pra Urban dari Kota Manado

Oleh : Steven Sumolang*

Alih fungsi lahan dari kobong kelapa di  Minahasa Utara wilayah pinggiran Kota Manado (wilayah Kalawat, dan sekitarnya) menjadi kawasan pemukiman baru atau sebuah kota-kota baru, berlangsung cukup cepat. Hal ini dipengaruhi oleh mobilitas penduduk dari Manado yang mencari tempat tinggal yang nyaman. Kemudian permintaan akan tanah yang tinggi untuk hunian-hunian baru, membuat tanah menjadi bernilai ekonomis lebih dari nilai ekonomis kelapa, maka lahan kelapa diperjualbelikan.

Komoditas kelapa sering tidak menguntungkan akibat harganya selalu fluktuatif, adanya pola kontrak/tengkulak/pinjam-memijam telah mengalihkan lahan pertanian kepada pedagang dan pemilik modal, gaya hidup orang Tonsea, intereaksi penduduk dengan masyarakat Manado yang telah mempengaruhi kebudayaan masyarakat setempat. Tradisi pertanian kelapa mulai ditinggalkan, beralih pada profesi lain atau para petani terdesak ke luar dari lahan pertaniannya, mengolah lahan pertanian di wilayah jauh hingga membuka daerah-daerah konservasi yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan lingkungan.

Menghilang tradisi pertanian kelapa telah berlangsung semenjak pertengahan abad 18. Berubah menjadi sebuah lingkungan atau lanskap perkotaan dengan kondisi sosial budaya wilayah peri urban yang khas perkotaan. Bertumbuh dengan cepat dan dinamis perkotaan baru di wilayah Kalawat berdampingan dengan kota Manado, dengan kebudayaan khas perkotaan yang berperilaku individualisme, konsumerisme, dsb

Penelitian ini sangat penting dalam pembahasan-pembahasan soal masyarakat peri urban, dan lokus yang diambil adalah kawasan Kalawat sebagai peri urban kota Manado. Kajian-kajian peri urban seperti ini masih kurang di kaji. Padahal kajiannya bisa bermanfaat bagi pengembangan atau pembangunan wilayah kota dalam hal ini membangun kota secara holitik komprehensif dan berkelanjutan.

Bahwa pembangunan kawasan harus memperhatikan aspek sosial budaya, sehingga pembangunan kedepannya dapat berkesinambungan dan memperhatikan semua aspek, bukan sekedar membangun secara fisik saja. Pembangunan seperti ini akan berdampak baik pada aspek ekologis kawasan tersebut. Berkait dengan aspek partisipasi masyarakat yang sangat penting dalam perencanaan dan pertumbuhan kota baru.

*Penulis, Peneliti Antropologi Sosial Budaya BPNB Sulut Kemdikbud