You are currently viewing INDONESIANA TOMOHON 2019 dalam PESTA KOLINTANG

INDONESIANA TOMOHON 2019 dalam PESTA KOLINTANG

Kebudayaan adalah kekayaan setiap bangsa atau kelompok bangsa tertentu. Kita semua yakin bahwa kebudayaan Indonesia amat kaya, dan bahkan kekayaan budaya bangsa ini menjadi kekuatan bangsa Indonesia sendiri. Fakta yang demikian, sejalan dengan penegasan yang pernah dikatakan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Republik Indonesia, Hilmar Farid, dalam sebuah artikel berjudul: Indonesia, Negara Adidaya Kebudayaan, bahwa di Indonesia yang merupakan negara dengan adidaya dalam hal keragaman budaya, dibutuhkan kerja keras bersama, secara khusus untuk menunjukkan bahwa kita benar-benar adidaya. (http://kebudayaan.kemendikbud.go.id/indonesia-negara-adidaya-kebudayaan/).
Sebagaimana kita ketahui, Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan, menyiratkan sebuah tugas berat dan mulia, terutama untuk tidak sekedar mengagumi kekayaan budaya yang varian itu, tapi justru bergiat untuk memajukannya. Kebudayaan adalah aset berharga bangsa, maka karena ke-berharga-annya, perlulah ada langkah konkret untuk memajukannya.
Kota Tomohon, salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki kekayaan budaya lokal-nya, juga turut serta dalam pemajuan kebudayaan. Salah satu bukti konkretnya adalah musik kolintang yang tumbuh dan berkembang terus menerus. Maka karena perkembangan ini, Kota Tomohon yang diganjar Anugerah Kebudayaan 2018 oleh Kementrian Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia, menyelenggarakan sebuah even bertajuk: Pesta Kolintang Tomohon 2019 yang sedianya dilaksanakan pada pada 21 – 25 Oktober 2019.
Adapun tujuan dari Pesta Kolintang Tomohon 2019 adalah Pertama, mengembangkan nilai–nilai luhur budaya bangsa. Musik kolintang adalah kesenian tradisional yang kaya akan nilai nilai luhur dan sifatnya terbuka pada pengarapan yang tidak saja tradisional. Keterbukaan itu turut pula membawanya semakin popular. Namun pada prinsipnya popularitas tidak saja cukup bagi pengembangan sebuah seni budaya tradisional seperti kolintang, mengingat popularitas belum menyentuh sisi pelestarian dan pengembangan yang sesungguhnya. Maka yang terpenting adalah pelestarian yang tidak hanya sekedar kompetisi/lomba untuk sebuah pupularitas.
Kedua, melestarikan warisan budaya bangsa. Kesenian lokal dalam hal ini musik kolintang, perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya agar tidak terseret oleh arus globalisasi yang akan mengaburkan identitas budaya kita. Musik Kolintang sebagai warisan budaya Minahasa dan tetap relevan berhadapan dengan semakin majunya musik modern, semua pihak (pemerintah dan masyarakat) perlu berjuang terus untuk melestarikan musik kolintang ini. Pelestarian kolintang dapat menunjukan bahwa alat–alat tradisional dapat berguna untuk menjawab pelbagai tantangan modernisasi.
Ketiga, memperkaya keragaman bangsa. Suguhan musik kolintang yang dikemas secara lebih menarik sehingga semakin menambah daya tarik wisatawan, nampak juga dalam garapan-garapan musik yang atraktif dan ekspresif. Perluasan musik kolintang dalam berbagai kegiatan rutin, mulai dari tingkat kelurahan atau tingkat sekolah dasar atau tingkat umum, juga turut melanjtkan pelestarian dalam keberagaman.
Keempat, Pesta Kolintang Tomohon 2019 juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, kemampuan serta kapasitas para pelaku budaya melalui seminar, workshop dan public lecture lainnya. Dengan sasaran yang dituju adalah membangun ekosistem musik kolintang itu, sebagaimana misi dari pengembangan kebudayaan dan pemajuan kebudayaan.
Adapun mata budaya yang diangkat dengan tujuan di atas adalah: Pertama: Lomba Musik Kolintang. Hal ini dipilih sebagai mata budaya utama (main event) karena melihat antusiasme semua kalangan dalam lomba kolintang ini. Antusiasme semua kalangan nampak dengan banyaknya grup kolintang dari Tomohon yang ikut serta dalam setiap even lomba kolintang baik di tingkat lokal (Sulawesi Utara) maupun di tingkat Nasional. Lomba kolintang ini berjenjang dari kategori sekolah dasar sampai kategori umum.
Kedua, pelatihan-workshop tentang musik kolintang. Pelatihan ini mengambil tajuk, Maestro Mengajar. Dengan tajuk ini, para pelatih yang kapasitas dan kapabilitasnya sudah mumpuni, akan diberikan kesempatan untuk mengajar bagaimana bermain musik kolintang kepada masyarakat. Kegiatan ini juga berjenjang, dari kategori sekolah sampai para pelatih muda. Di bagian akhir pelatihan, direncanakan akan menghadirkan seorang komposer penggarapan komposisi musik, entah lokal daerah setempat, atau komposer dari luar daerah.
Ketiga, pelatihan-workshop ragam hias bagi para pengrajin dan pelatih kolintang. Pelatihan ini bertujuan memberi kesempatan bagi para pengrajin musik kolintang untuk mengkreasikan karya alat musik kolintangnya supaya bisa dipamerkan dalam berbagai even. Selain itu tujuan dari pelaksanaan ini, juga mencakup sisi pemberdayaan para pengrajin musik kolintang itu.
Keempat, parade budaya. Parade budaya bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi kreasi semua penggiat musik kolintang, juga bagi sekolah-sekolah atau perusahaan swasta termasuk badan usaha milik daerah atau bahkan badan usaha milik negara. Parade budaya ini akan mengambil tema besar kolintang, di mana semua float akan menampilkan kreasinya.
Kelima, bazaar kuliner khas daerah Minahasa khususnya Tomohon. Bazaar ini memberikan kesempatan bagi masyarakat yang diwakili oleh 44 kelurahan di Kota Tomohon untuk ‘menjajakan’ kekhasasn kulinernya. Dalam kegiatan ini juga akan dilengkapi dengan eksebisi untuk lomba membuat kue ‘cucur’, kue khas Minahasa. Dengan tujuan supaya masyarakat tidak lupa pada kue khas tradisi Minahasa ini.
Keenam, penanaman pohon. Sebagai impact dari ketersediaan bahan baku alat musik kolintang, akan dilakukan penanaman pohon di Kawasan hutan kota Tomohon. Penanaman pohon ini bertujuan untuk menyediakan cadangan bahan baku pembuatan alat musik kolintang.
Ketujuh, pemutaran film dokumenter. Pemutaran film dokumenter bertujuan untuk membuka pemahaman masyarakat tentang asal muasal musik kolintang sejak awal tumbuh dan berkembangnya sampai saat ini. Film dokumenter ini juga akan dibuat dalam versi yang unik karena akan melibatkan beberapa tempat (spot) pengambilan gambar baik di hutan maupun di tempat pengrajinan alat musik kolintang.
Kedelapan, pergelaran dan malam penghargaan. Kegiatan ini merupakan kegiatan puncak dari Pesta Kolintang Tomohon 2019. Kegiatan ini menjadi penting karena didalamnya akan dipergelarkan semua penampilan musik kolintang yang berkolaborasi dengan sekian bidang seni lain seperti: Tarian, musik modern, musik daerah lain, termasuk juga dengan paduan suara. Selain itu, dalam pergelaran musik kolintang ini, akan ditampilkan berbagai genre musik yang akan dimainkan dengan alat musik kolintang.
Semua kegiatan ini dibuat untuk semakin memberdayakan semua kalangan terutama dalam hal penguatan ekosistem musik kolintang itu. Maka yang terlibat di dalam kegiatan ini adalah semua masyarakat, budaywan, seniman, pemerhati kolintang di Kota Tomohon, yang mencakup 44 kelurahan di wilayah Kota Tomohon. Keterlibatan mereka semakin dimaksimalkan terutama dalam merencanakan dan memproduksi semua hal berkaitan dengan kegiatan ini.
Selain itu, segmen yang dituju adalah masyarakat Sulawesi Utara secara keseluruhan, yang tersebar di 15 kabupaten kota di Propinsi Sulawesi Utara. Dan yang penting juga adalah, segmen generasi di semua jenjang sekolah akan diberikan panggung dalam arti dilibatkan dalam setiap kegiatan. Tujuan untuk melibatkan mereka dengan memberi panggung penampilan, ekosistem dalam arti para pemain kolintang ini akan bertahan dalam kurun waktu 10 sempai 20 tahun ke depan. Hal itu akan berlangsung terus demi kebertahanan musik kolintang itu tapi juga dalam kerangka pemajuan kebudayaan.

Salam Kolintang. Tomohon Tangguh!

Ambrosius M. Loho, M. Fil. & Joudy Aray, S. Pd. (Kurator Pesta Kolintang Tomohon 2019)