You are currently viewing Cerita Rakyat Talaud : Alamanoa Ntaumata Ntalodda

Cerita Rakyat Talaud : Alamanoa Ntaumata Ntalodda

 

Konon saat pulau Karakelang baru mulai mengering sudah ada makhluk hidup di pulau ini, dari sekian banyak makhluk hidup ada yang menarik perhatian yaitu seekor ketang karena saat puncak Karakelang baru mulai muncul ketam ini sudah menelungkup diatasnya.

Semakin lama pulau Karekelang semakin nampak kepermukaan dan sang ketang yang tertelungkup dipuncak Karakelang pun mulai berubah baik bentuk dan sifatnya kemudian berubah menjadi seorang manusia Penjelmaan ketang yang ternyata seorang laki-laki ini hidup sendirian sehingga yang dilakukannya setiap hari hanyalah berjalan mengelilingi pulau dan melakukan apa saja yang dapat ia kerjakan. Ia memakan apa saja yang bisa ia makan dari tumbuhan yang hidup dipulau ini.

Pada suatu hari ia membuat permainan yang dinamakannya saputta. Permainan ini dibuatnya dari sepotong bambu. Suatu hari dengan membawa saputta ia berjalan-jalan mengelilingi pulau. Tiba-tiba ia mencium bau yang sangat harum dan ia tertarik untuk mencari asal bau yang harum itu. Ternyata bau harum itu berasal dari sembilan bidadari cantik yang sedang mandi di sungai. Melihat bidadari-bidadari tersebut ia terkejut dan merasa seperti sedang bermimpi. Akhirnya ia sadar bahwa ini bukan mimpi tetapi suatu kenyataan dan untuk memastikan ia berjalan mendekati tempat itu dengan berjalan pelan-pelan sehingga para bidadari tidak tahu kalau mereka sedang diintip oleh seseorang. Setelah dekat ia melihat diatas sebuah batu terletak pakaian para bidadari yang sedang asyik mandi. Kemudian dengan menggunakan saputta ia mengambil salah satu pakaian dari para bidadari itu dan hal ini berlangsung tanpa disadari oleh para bidadari. Namun akhirnya melalui penciuman para bidadari ini sadar kalau ada mahluk lain ditempat itu Karena mereka mencium bau lain yang berbeda dengan bau bidadari. Menyadari hal ini para bidadari ini cepat menyelesaikan mandinya dan mengambil pakaian masing-masing dan alangkah terkejutnya mengetahui pakaian adik bungsu tidak ada lagi. Karena hari sudah hampir malam mereka harus segera kembali ke khayangan dan dengan terpaksa mereka harus meninggalkan adiknya yang tidak bisa pulang karena pakaiannya hilang. Sang bidadari bungsu ini akhirnya hanya dapat bersedih apa lagi setelah kakak-kakaknya pergi meninggalkannya.

Laki-laki pencuri baju ini merasa ibah melihat sang putri termenung bersedih dan kemudian mendekatinya dan mengatakan kalau pakaiannya ia yang mengambil, laki-laki itu pun berkata  “ saya akan mengembalikan pakaianmu, tetapi dengan syarat kau bersedia menjadi istriku”. Permintaannya mula-mula ditolak oleh sang putri tetapi akhirnya ia bersedia menerima namun dengan syarat bahwa laki-laki itu bersedia ikut dengannya pulang ke tempat asalnya. Syarat ini pun diterima dan keduanya berangkat menuju khyangan tempat dimana putri  itu tinggal.

Hari sudah malam ketika mereka tiba di tempat istrinya, laki-laki ini terkejut melihat tempat istrinya bagai sebuah kerajaan yang sangat indah dan terang benderang dengan lampu warna warni. Karena hari sudah malam maka mereka mencari tempat tinggal dan pada salah satu rumah yang berada di sudut kota mereka menginap dan beristirahat tidur. Namun setelah bangun pagi ternyata apa yang dilihat tadi malam yaitu suatu kota yang sangat indah dan ramai kini sepi. Laki- laki ini pun sadar ternyata sekarang ia hanya duduk di atas ranting pohon besar dan ternyata istrinya hanyalah seekor burung dan orang-orang yang dilihatnya sangat ramai di malam hari ternyata hanyalah burung-burung yang sedang berloncatan di ranting-ranting dalam pohon yang sama di mana ia berada. Namun demikian walaupun apa yang ia lihat saat ini berbeda dengan yang dilihatnya pada malam hari laki-laki itu tetap diam dan mematuhi apa yang dikatakan istrinya.

Pekerjaan istrinya setiap hari mencari makan dan nanti kembali di pohon itu kalau hari sudah malam. Penglihatan laki-laki ini setiap malam sama dengan apa yang ia lihat pada waktu pertama kali ia datang di tempat ini dan disiang hari berubah lagi. Keadaan ini berlangsung terus setiap hari dan laki-laki ini  tidak pernah menanyakan hal ini kepada istrinya sebab setiap pagi sebelum ia bangun si istri sudah pergi. Dan nanti kembali pada waktu malam.

Dalam keadaan yang serba aneh yang dirasakannya suatu hari istrinya berkata “suamiku kini saya sedang mengandung anak kita” Tak berapa lama setelah itu istrinya melahirkan, namun ia dilarang oleh istrinya melihat anak mereka yang baru lahir itu. Istrinya mengatakan apa bila  hal itu dilanggar oleh suaminya, maka itu berarti mereka harus berpisah karena ia akan menendang suami dan anaknya dari pohon itu. Larangan ini pada awalnya dipatuhi oleh suaminya, akan tetapi lama-kelamaan laki-laki ini tidak dapat menahan keinginannya untuk melihat anaknya. Pada suatu hari pada saat istrinya pergi mencari makan ia mengambil kesempatan untuk melihat anaknya dan ia pun mendekati tempat dimana istrinya meletakkan anaknya. Tetapi alangkah terkejutnya ternyata anaknya hanyalah sebutir telur, namun dia hanya diam karena takut istrinya mengetahui perbuatannya yang sudah melanggar larangan istrinya.

Pada waktu istrinya kembali, ia tidak membawa makan seperti biasanya dan ia langsung menemui suaminya dan memarahinya karena suaminya malanggar larangannya. Saat itu juga ia mengusir suaminya dan menendang suami dan anaknya dari tempat itu. Setelah laki-laki itu sadar ia mengetahui kalau ia tidak lagi berada di atas pohon, tetapi sudah berada lagi ditempatnya semula yaitu di bumi. Ia melihat tak jauh darinya sebutir telur yang sudah pecah dan di dalamnya terdapat seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Saat itu hari sudah siang, maka diambilnya bayi itu dirawatnya hingga menjadi seorang gadis dewasa, setelah anaknya dewasa dikawininya dan mereka berdua menjadi pasangan suami istri dan kemudian memperoleh seorang anak laki-laki yang diberi nama Wandoruata.

Cerita ini mengandung pesan, agar setiap orang harus teguh memegang janji.