Hiduplah seorang anak perempuan yang tubuhnya penuh dengan kudis, penyakit kulit itu seakan-akan membungkus seluruh tubuhnya. Ibunya sudah meninggal pada waktu ia masih kecil, sehingga ayahnya kawin lagi dengan seorang perempuan. Ia kemudian mendapat adik perempuan dan sebagai anak tiri ia diperlakukan sangat buruk oleh ibu tirinya apalagi saat ayahnya tidak ada di rumah.
Karena kulitnya yang penuh dengan kudis sehingga ia di panggil kudis. Konon si kudis sedang memelihara seekor ikan dalam kolam di halaman rumahnya, setiap hari ia rajin memberi makan ikannya. Pada suatu waktu di musim kekurangan ikan mereka sering makan tanpa lauk. Adik tiri si kudis merengek tidak mau makan kalau tidak ada ikan. Oleh sebab itu si ibu tiri dengan diam-diam menangkap ikan peliharaan si kudis. Si kudis tidak tahu kalau ikannya sudah ditangkap oleh ibu tirinya. Ikan itu dibakar dan diberikan kepada adiknya yang selalu menangis minta ikan.
Setelah si kudis mengetahui kalau ikannya sudah tiada ia sangat sedih dan menangis sambil berguling-guling di tepi kolam. Seharian ia menangisi ikannya sampai tertidur di pinggir kolam. Saat ia tertidur ia bermimpi ikannya datang menemuinya sambil berkata “jangan menangis, pergilah ke kolam dan petiklah sayur kangkung kemudian ikat masing-masing lima batang setiap ikatan, pergilah kau duduk dijembatan dan jual kangkung itu”. Setelah ia bangun dari tidur segera ia melakukan apa yang dikatakan ikan dalam mimpinya. Ia pergi memetik kangkung di kolam diikatnya masing-masing lima batang seikat dan dijualnya dipinggir jembatan. Tak berapa lama kemudian kangkung habis terjual, si kudis sangat gembira mendapatkan uang begitu banyak lalu ia pulang ke rumah. Sampai dirumah ia dimarahi ibunya dan semua uang ditangannya dirampas oleh ibu tirinya dan berkata “uang siapa yang kau curi”. Jawab si kudis “uang ini hasil dari menjual kangkung “ . “Mengapa kau tidak mengajak adikmu” kata ibu tirinya. Dan ia pun menceritakan apa yang dialami sampai ia mendapatkan uang itu. Kemudian si ibu tiri menyuruh adik si kudis melakukan seperti apa yang dilakukan si kudis. Adiknya melakukan apa yang disuruh ibunya ia memetik kangkung dan mengikat sama seperti yang dilakukan si kudis . tetapi ia tidak mengikat lima batang setiap ikatan tetapi ia hanya mengikat tiga batang setiap ikatan, oleh sebab itu sampai sore tidak satu pun kangkungnya yang terjual. Ibunya sangat marah karena kangkungnya tidak laku dan si kudis dipukul oleh ibunya karena ia menganggap si kudis telah menipu adiknya. Si kudis menangis sampai ia tertidur di pinggir rumah, dalam tidur ia kembali bermimpi ikannya menemuinya dan berkata “ jangan menangis lagi, tidak ada gunanya menghabiskan air mata. Pergilah engkau ke tempat di sebelah sana, disana engkau akan menemui sebuah rumah. Di halaman rumah itu ada pohon kelapa emas atau bango bembulaeng sembilan pohon, buahnya masing-masing sembilan tandan setiap pohon. Di dalam rumah engkau akan menemui beras sembilan karung, maka hendaklah engkau ambil beras dalam setiap karung masing-masing satu butir. Lalu masaklah beras itu menjadi nasi, sesudah itu hendaklah engkau memetik buah kelapa masing-masing satu buah dalam setiap pohon dan ambil dagingnya yang masih lunak. Kelapa muda itu semuanya engkau lubangi dengan pedang lalu engkau sajikan semuanya di atas meja dengan rapi. Siapkan sembilan piring, nasi yang sudah masak disajikan dalam piring Maluku yang besar dan letakkan di tengah-tengah sajian. Kelapa mudah yang sudah dilubangi letakkan dekat piring. Setelah siap semuanya tutuplah sajian itu dengan kain putih setelah itu bersembunyilah. Tak lama kemudian engkau akan mendengar nyanyian yang sangat merdu, suara itu adalah nyanyian dari sembilan orang bidadari, mereka akan datang memasak dalam rumah itu, nanti ada hal yang akan terjadi nanti akan engkau lihat sendiri. Lalu si kudis terbangun dari tidurnya, dua hari kemudian pada pagi hari mulailah ia melaksanakan segala yang dikatakan ikannya dalam mimpi. Setelah ia menyiapkan semua sajian ia bersembunyi. Dengan dada yang berdebar ia menanti entah apa yang akan terjadi. Tak lama kemudian ia mendengar nyanyian yang sangat merdu, si kudis mengintip apa yang akan terjadi pikirnya. Memang benar ada sembilan bidadari dan sebelum mereka masuk ke dalam rumah tiba-tiba bidadari yang tertua berkata “semoga sudah ada makanan yang tersedia buat kita semua”. Setelah itu kesembilan bidadari masuk kedalam rumah, mereka sangat senang melihat sudah ada sajian di atas meja. “memang benar apa yang saya katakana tadi” kata putri kayangan yang paling tua. Ke sembilan bidadari itu dengan gembira makan sajian yang disiapkan si kudis. Selesai makan bidadari yang tertua berkala “apabila yang menyiapkan makanan ini adalah laki-laki, hendaklah ia menjadi raja, dan bila ia seorang perempuan hendaklah ia menjadi putri yang paling cantik di seluruh dunia dengan tubuh dan kulit yang halus. Giginya semua akan menjadi gigi emas dan tubuhnya akan penuh dengan perhiasan emas.
“Coba keluar hai orang yang menyiapkan makanan ini”, kata seorang bidadari. Maka si kudis keluar dari persembunyiannya dan tubuhnya tiba-tiba berubah seperti apa yang dikatakan bidadari tadi. Ia menjadi seorang putri yang paling cantik sedunia. Kemudian si kudis pulang ke rumah. Ibu tirinya pun terkejut dan heran melihat si kudis telah berubah menjadi putri yang sangat cantik. Ibu tirinya menanyakan apa yang telah terjadi sehingga ia telah berubah seperti itu. Si kudispun menceritakan semua yang telah ia alami. Si ibu tiri lalu menyuruh anaknya melakukan apa yang dilakukan si kudis. Tetapi adik tirinya itu tidak dapat melaksanakan seperti apa yang telah dilakukan oleh kakaknya. Makanan yang ada dilahapnya semua sehingga tidak ada yang tersedia untuk bidadari. Setelah para bidadari datang dan melihat tidak ada makanan, mereka sangat marah dan berkata “ orang yang menghabiskan makanan ini rambutnya akan menjadi seperti ijuk, matanya akan menjadi seperti terang bulan purnama tubuhnya akan menjadi hitam seperti arang dan penuh dengan kudis”. “Keluar kau yang sedang sembunyi” perintah bidadari, dengan takut adik tiri si kudis keluar dan tubuhnya berubah menjadi seperti yang dikatakan bidadari. Ia pulang kerumah sambil menangis karena tubuhnya menjadi sangat jelek, melihat anaknya seperti itu si ibu tiri marah dan menangis karena sebetulnya ia sangat menyayangi anaknya itu tapi apa mau dikata semua telah terjadi. Sebaliknya kakak tirinya si kudis kini telah menjadi permaisuri di kerajaanya.
Cerita ini mengandung makna, bahwa orang yang tabah, baik hati dan suka menolong akan hidup bahagia sebalknya orang yang rakus dan licik akan hidup sengsara.
Sumber : BPNB Sulut