Jauh sebelumnya Minahasa dikenal dengan nama Malesung, dan kata Minahasa sendiri berasal dari kata Minaesa, Mahasa, Minhasa yang berarti menjadi satu, ini merujuk dari musyawarah-musyawarah tertinggi di Minahasa dulu dalam rangka menyelesaikan perselisian atau konflik antar mereka, membagi batas-batas wilayah sub etnik, dan membicarakan persatuan menghadapi musuh dari luar. Tapi untuk pertama kali nama Minahasa muncul dalam laporan Residen J.D Schierstein, tanggal 8 Oktober 1789, yaitu tentang perdamaian yang telah dilakukan oleh kelompok sub-etnik Bantik dan Tombulu (Tateli); demikian pula antara kelompok sub-etnik Tondano dan Tonsawang.
Pertemuan yang memunculkan nama Minahasa pertama kali, agaknya sejarah seperti terulang kembali, dalam ritual adat antara etnik Tombulu dan Bantik yang dilakukan oleh tokoh adat Tombulu dan tokoh adat Bantik, ini berlangsung di puncak Kimuwu desa Warembungan (4/9/2019). Ritual tersebut adalah penyerahan benda-benda pusaka milik laskar-laskar Bantik terdahulu yang ditemukan di seputaran puncak Kimuwu, oleh tokoh adat Tombulu (Rinto Taroreh, dkk) kepada tokoh-tokoh adat Bantik utamanya dari Malalayang (Minanga) Kota Manado.
Menurut Tonaas Rinto Taroreh, acara ini menjadi simbol jalinan kerukunan antara sub etnik Bantik dan Tombulu, yang dalam sejarahnya pernah terjerumus dalam pertikaian, padahal keduanya bertetangga dan malah telah lama kerap menjalin hubungan perkawinan.
Ritual adat tersebut dimeriahkan dengan tampilan seni budaya kabasaran Minahasa Tombulu dan Kabasaran Bantik.*** (Epen)